Bursa Asia Bergairah! Sayang IHSG Melempem

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
12 January 2022 16:51
Employees of the Korea Exchange (KRX) pose in front of the final stock price index during a photo opportunity for the media at the ceremonial closing event of the 2018 stock market in Seoul, South Korea, December 28, 2018.    REUTERS/Kim Hong-Ji
Foto: Karyawan Bursa Korea (KRX) berpose di depan indeks harga saham akhir selama kesempatan berfoto untuk media di acara penutupan seremonial pasar saham 2018 di Seoul, Korea Selatan, 28 Desember 2018. REUTERS / Kim Hong- Ji

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup cerah bergairah pada perdagangan Rabu (12/1/2022), karena pelaku pasar Asia sudah lebih tenang setelah ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) dapat memenangkan kekhawatiran pasar terkait inflasi yang meninggi dan potensi pengetatan kebijakan moneter.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup naik 2,79% ke level 24.402,17, Nikkei Jepang melompat 1,92% ke 28.765,66, Shanghai Composite China melesat 0,84% ke 3.597,43, KOSPI Korea Selatan melonjak 1,54% ke 2,972.48, dan Straits Times (STI) Singapura menguat 0,27% ke posisi 3.254,98.

Sedangkan untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun tipis 0,01% ke level 6.647,065 pada perdagangan hari ini.

Indeks Hang Seng memimpin penguatan bursa Asia pada hari ini, ditopang oleh kenaikan saham-saham teknologi China. Saham teknologi e-commerce China yakni JD.Com Inc menjadi penopang indeks Hang Seng hari ini, di mana saham tersebut meroket hingga 10,98%.

Dari China, inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Desember 2021 dilaporkan melandai menjadi 1,5% secara tahunan (year-on-year/YoY), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2020 sebesar 2,3%.

Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan ekonom dalam polling Reuters yang memperkirakan IHK China pada Desember tahun lalu sebesar 1,8%.

Sedangkan secara basis bulanan atau month-on-month (MoM), IHK Negeri Panda juga melandai menjadi -0,3% atau menjadi deflasi, dari sebelumnya pada November 2021 sebesar 0,4%. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan pasar yang sebesar 0,2%.

Sementara itu, inflasi China dari sisi produsen (producer price index/PPI) pada Desember tahun lalu juga menurun menjadi 10,3%, lebih rendah dari periode November 2021 sebesar 12,9%.

Pelambatan PPI tersebut semakin membuat lega pelaku pasar, di mana China sudah semakin jauh dari stagflasi, yakni pertumbuhan ekonomi stagnan, tetapi inflasi sangat tinggi.

Analis memperkirakan moderasi inflasi tingkat pabrik di China menawarkan lebih banyak ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter bank sentral China, karena otoritas berusaha menstabilkan pertumbuhan ekonomi.

Tak hanya di Hong Kong dan China, saham teknologi di Jepang juga menjadi penopang utama melesatnya indeks Nikkei hari ini, di mana saham produsen peralatan chip yakni Tokyo Electron melesat 3,75%, saham SoftBank Group melonjak 6,03%, dan saham peritel pakaian yakni Uniqlo Fast Retailing menguat 1,75 %.

Sebagian besar pelaku pasar Asia cenderung lebih tenang setelah Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell menyatakan bahwa inflasi Negeri Uncle Sam yang tinggi hanya akan sampai pertengahan 2022.

Lebih lanjut, Powell juga mengatakan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih banyak jika dibutuhkan untuk menjinakkan inflasi yang terus membandel saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular