Bursa Asia Dibuka Cerah Bergairah, IHSG Bakal Rebound Nih

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 12/01/2022 08:45 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia dibuka cerah bergairah pada perdagangan Rabu (12/1/2022), menyusul berbalik arahnya (rebound) pasar saham Amerika Serikat (AS).

Indeks Nikkei Jepang dibuka melesat 0,76%, Hang Seng Hong Kong melompat 1,55%, Shanghai Composite China menguat 0,33%, Straits Times (STI) Singapura terapresiasi 0,36%, dan KOSPI Korea Selatan melonjak 0,85%.

Pada hari ini, data inflasi China baik dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) maupun produsen (producer price index/PPI) periode Desember 2021 akan dirilis.


Investor di Asia akan memantau data inflasi China, sebelum mereka memantau data inflasi AS dari sisi konsumen (IHK) malam ini.

Pasar saham Asia juga cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang kembali bergairah setelah selama sepekan lebih mengalami koreksi.

Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,51% ke level 36.252,02, S&P 500 melesat 0,92% ke 4.713,08, dan Nasdaq Composite melonjak 1,41% ke posisi 15.153,45.

Penguatan pasar saham Negeri Paman Sam tak lepas dari melandainya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang ditutup di level 1,74% pada perdagangan Selasa kemarin waktu AS.

Sebelumnya, bursa saham Negeri Paman Sam terus tertekan karena yield obligasi pemerintah AS meningkat. Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik mendekati 1,8% dari sebelumnya di level 1,5% pada Desember 2021.

Kenaikan yield obligasi pemerintah AS tersebut merespons dua hal. Pertama adalah perkiraan inflasi AS bulan Desember yang mencapai 7% dan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang semakin hawkish sehingga diproyeksikan bakal menaikkan suku bunga acuan paling cepat pada Maret 2022 dan di sepanjang tahun sebanyak 4x.

Namun, Kepala Strategi Investasi di Leuthold Group Jim Paulsen menilai bahwa koreksi pasar tahun ini, yang sudah diawali pada pekan lalu, bakal dinetralisir oleh kabar baik dari kuatnya kinerja fundamental emiten AS.

"Secara historis, pasar saham mengalami 'taper tantrum' dan banyaknya kenaikan suku bunga acuan akan menyebabkan pasar saham menjadi tertekan," tutur Paulsen, seperti dikutip CNBC International.

Fokus pelaku pasar mungkin sedang terpecah karena pasar saham mungkin kurang mengacu pada kapan dan berapa kali suku bunga acuan dinaikkan dan lebih memantau kinerja keuangan emiten, lanjut Paulsen.

Musim rilis laporan keuangan perusahaan di AS akan ramai pada akhir pekan ini karena bank-bank besar dijadwalkan akan melaporkan kinerja keuangan per Desember 2021 pada Jumat nanti.

Pekan ini menjadi pekan yang menentukan bagi perekonomian dengan adanya rilis data inflasi pada Rabu waktu setempat, dan bos The Fed, Jerome Powell akan memberikan konfirmasi lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneternya ke depan.

Di depan Senat, Powell menyampaikan bahwa inflasi yang tinggi hanya akan sampai pertengahan 2022. Lebih lanjut sang komandan bank sentral AS tersebut juga mengatakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih banyak jika dibutuhkan untuk menjinakkan inflasi yang terus membandel saat ini.

Setelah mendapatkan sinyal dan kejelasan dari bos The Fed akhirnya pasar keuangan bisa menjadi sedikit lebih tenang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"