Saham Properti & Konstruksi Longsor-longsoran! Gegara Ini?

Putra, CNBC Indonesia
12 January 2022 06:10
Bak Roket, Laju Saham Properti Second Liner Melesat (CNBC Indonesia TV)
Foto: Bak Roket, Laju Saham Properti Second Liner Melesat (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham sektor konstruksi dan properti mengalami penurunan tajam dan menjadi salah satu kontributor anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Selasa (11/1/2021).

Dari sektor konstruksi, saham-saham emiten BUMN Karya kompak berguguran. Saham PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menjadi saham dengan kinerja paling buruk jika dibandingkan dengan saham BUMN konstruksi lainnya.

Saham PTPP terpantau ambles 5,24% kemarin. Sedangkan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) mengalami pelemahan paling minimal 0,23% dan saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) ditutup stagnan.

Emiten Konstruksi

Kinerja Harian (%)

INTP

0

UNTR

-0,23

WSKT

-0,81

SMGR

-2,11

ADHI

-2,70

WIKA

-3,02

JSMR

-3,05

PTPP

-5,24

Senada dengan emiten konstruksi, saham-saham di sektor properti juga mengalami pelemahan yang tajam. Saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menjadi saham dari sektor ini yang mencatatkan kinerja terburuk dengan pelemahan 5,62%.

Emiten Properti

Kinerja Harian (%)

SSIA

-1,30

CTRA

-1,57

PPRO

-1,75

PWON

-2,09

LPKR

-2,21

APLN

-2,44

ASRI

-3,09

BSDE

-3,37

SMRA

-5,62

Anjloknya saham-saham emiten konstruksi dan properti ini dipicu oleh dua faktor utama. Pertama adalah sentimen kenaikan suku bunga acuan secara global dan yang kedua adalah peningkatan kasus Covid-19.

Untuk sentimen yang pertama, stance kebijakan moneter the Fed yang hawkish dikhawatirkan dapat memantik bank sentral lain termasuk dalam negeri untuk menaikkan suku bunga acuan.

Ketika suku bunga acuan dinaikkan, maka imbasnya bisa negatif ke dua sektor ini lantaran penjualan properti sangat mengandalkan kredit dari perbankan.

Suku bunga yang naik terlalu cepat dan tinggi dapat membuat minat serta daya beli properti masyarakat turun. Di sisi lain bagi emiten konstruksi yang terkenal dengan utangnya yang menggunung, kenaikan suku bunga juga akan menambah berat beban perusahaan ketika mencari pendanaan lewat kredit ataupun untuk kebutuhan refinancing.

Sentimen kedua adalah seputar Covid-19. Setelah varian Omicron dilaporkan masuk ke Tanah Air, kasus infeksi Covid-19 terus meningkat. Kemarin ada tambahan kasus baru sebanyak 800 lebih. Padahal sebelum Omicron masuk, kasus infeksi Covid-19 di dalam negeri konsisten di bawah 500.

Adanya kecemasan akan serangan gelombang ketiga Covid-19 ini membuat pelaku pasar mengantisipasi akan adanya rem darurat dari pemerintah. Hingga saat ini PPKM leveling masih diberlakukan dan terus diperpanjang.

Jika rem darurat ditarik, maka emiten properti yang memiliki portofolio pusat perbelanjaan/shopping mall jelas akan terkena imbas negatifnya karena berakibat pada sepinya pengunjung.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular