
IHSG Tersengat Varian Deltacron

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan penurunan 0,64% di level 6.647,97 pada perdagangan Selasa (11/1/2022).
Pergerakan IHSG semakin menjauhi level psikologis 6.700. Di tengah koreksi IHSG, transaksi cukup ramai dan investor asing masih melakukan pembelian bersih atawa net buy. Net buy di pasar reguler sebesar Rp 1,12 triliun.
Saham yang paling banyak diburu asing adalah saham PT Bank Central Asia Tbk BBCA) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan net buy masing-masing Rp 475 miliar dan Rp 81,6 miliar.
Sedangkan saham yang paling banyak dilepas asing adalah saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dan PT Indosat Tbk (ISAT) dengan net sell masing-masing sebesar Rp 33 miliar dan Rp 18 miliar.
Semalam bursa saham AS ditutup dengan galau. Indeks Dow Jones dan S&P 500 ditutup melemah masing-masing 0,41% dan 0,14% hanya NASDAQ yang selamat dari koreksi.
Melihat Wall Street yang ambrol dan yield SBN AS yang terus meningkat di tengah peluang normalisasi kebijakan the Fed tentu bukan kabar baik bagi pasar keuangan Asia dan Indonesia.
Pasar kemungkinan pun diprediksi turut merasakan gejolak pada perdagangan hari ini. Risiko lain juga datang dari perkembangan Covid-19.
Belum juga varian Omicron tuntas, ilmuwan kembali menemukan varian baru Covid-19 yang memiliki karakteristik seperti Omicron dan Delta sehingga disebut sebagai Deltacron. Varian ini ditemukan di Siprus dan sudah ada 25 kasus.
"Saat ini ada koinfeksi Omicron dan Delta dan kami menemukan strain ini yang merupakan kombinasi dari keduanya," kata peneliti, Profesor Ilmu Biologi Universitas Siprus Leondios Kostrikis dalam sebuah wawancara dengan TV lokal, Sigma. "Penemuan itu dinamai Deltacron karena identifikasi genetik mirip Omicron."
Terkait apakah lebih berbahaya atau tidak, peneliti masih harus melakukan penelitian dan mengumpulkan lebih banyak bukti dan data untuk mengambil konklusi.
Dari dalam negeri, sentiment datang dari dunia tambang batu bara. Setelah memberlakukan larangan ekspor sejak awal Januari, akhirnya Indonesia memutuskan untuk membuka keran ekspor si batu hitam.
Awalnya larangan ekspor tersebut disebabkan karena stok batu bara PLN yang rendah sehingga diharapkan para produsen fokus untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Namun seiring dengan membaiknya kondisi stok di perusahaan setrum negara akhirnya pemerintah mulai mengizinkan 14 kapal vessel pengangkut batu bara untuk diekspor sebagaimana disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
"Mulai hari ini, setelah melihat kondisi pasokan di PLN yang jauh lebih baik, 14 kapal yang sudah terisi penuh batu bara dan sudah dibayar pembeli, bisa langsung dilepas untuk ekspor," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dalam sebuah pernyataan.
Terhitung sejak larangan ekspor diberlakukan harga batu bara acuan global terpantau mengalami kenaikan lebih dari 10% dan sempat tembus US$ 180/ton hanya dalam waktu sepekan.
Namun dengan adanya pelonggaran ekspor yang dilakukan oleh Pemerintah seperti sekarang ini, harga batu bara cenderung akan kembali turun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)
Next Article IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?


Kiamat HP Segera Tiba, Penggantinya Sudah Ramai Bermunculan

Avanza Tersingkir Lagi, Mobil Ini Makin Sah Jadi Raja Jalanan RI

Anggaran Naik! Prabowo Bakal Gelontorkan Bansos Besar-besaran di 2026

Kacau! Demo Bupati Pati Ricuh, Air Mineral & Sandal Jepit Berhamburan

Ini 10 Krisis Ekonomi Terparah dalam 249 Tahun Sejarah Amerika

Pemimpin Malaysia-RI Diam-Diam Bertemu, Bahas Rencana Penyatuan Negara

Tanda WhatsApp Disadap dari Jarak Jauh Mudah Dikenali, Jangan Abaikan!
