
Penjualan Ritel di Australia "Meledak", Kurs Dolarnya Melesat

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanda-tanda bangkitnya perekonomian Australia semakin terlihat dari meledaknya penjualan ritel, bahkan di beberapa sektor mencatat rekor tertinggi. Hal tersebut langsung mendongkrak nilai tukar dolar Australia melawan rupiah.
Pada perdagangan Selasa (11/1) pukul 10:35 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.280,24, dolar Australia menguat 0,26% di pasar spot melansir data Refinitiv. Sebelum data penjualan ritel dirilis, Mata Uang Negeri Kanguru ini melemah 0,24%.
Biro Statistik Australia (ABS) hari ini melaporkan penjualan ritel di bulan November 2021 melesat 7,9% dari bulan sebelumnya yang juga naik 4,9%. Kenaikan tersebut jauh lebih tinggi dari prediksi pasar sebesar 3,9%.
Secara nilai, penjualan ritel di bulan November sebesar AU$ 33,41 miliar (US$ 24 miliar) yang merupakan rekor tertinggi sepanjang masa, dan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2021.
Jika dilihat lebih detail, penjualan pakaian, alas kaki, dan asesoris pribadi mencatat rekor kenaikan 38,2%. Rekor juga terjadi di penjualan peralatan rumah tangga yang naik 26%.
"Para konsumen berbelanja lebih awal untuk menghindari kesulitan pengiriman dan keterbatasan persediaan menjelang perayaan Natal," kata Ben James, direktur statistik ekonomi ABS, sebagaimana diwartakan Reuters.
Oleh karena itu, penurunan penjualan ritel diperkirakan akan terjadi di bulan Desember 2021.
Analis dari ANZ mengatakan, belanja menggunakan kartu bank tersebut mengalami penurunan hingga ke level terendah sejak lockdown akibat virus corona Delta. Tetapi, rumah tangga di Australia dikatakan masih punya tabungan yang besar, serta pasar tenaga kerja yang kuat membuat pendapatannya terjaga.
"Kabar baiknya, masyarakat masih relatif senang dengan kondisi finansial mereka," kata kepala ekonom Australia, David Plank.
Selain data penjualan ritel, ABS hari ini juga melaporkan surplus neraca dagang di bulan November menyempit menjadi AU$ 9,4 miliar, akibat melesatnya impor. Hal tersebut tentunya menjadi kabar bagus, sebab bisa menjadi indikasi roda perekonomian berputar lebih kencang. Ekspor dilaporkan tumbuh 2%, sementara impor melesat 6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022
