Tak Peduli Deltacron, Sesi II IHSG Berpotensi Naik ke 6.736

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah bergerak dengan volatilitas cukup tinggi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil finish di zona hijau pada sesi I perdagangan awal pekan, Senin (10/1/2022).
IHSG menguat 0,23% ke level 6.716,88. Saat dibuka IHSG melemah tipis 0,06% di level 6.697,38. Setelah itu indeks bergerak di rentang 6.689,28 sebagai level terendah dan 6.725,02 sebagai level tertinggi.
Saat IHSG menguat tercatat ada 200 saham yang naik, 296 saham melemah dan 176 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 6,1 triliun.
Asing pun masih getol membeli saham-saham dalam negeri dengan nilai net buy sebesar Rp 229,42 miliar di pasar reguler.
Mayoritas bursa saham Asia memang cenderung bergerak di zona hijau hingga siang ini. Pada 11.45 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan dengan apresiasi 0,82%.
Meskipun sentiment sedang kurang baik pasar saham masih bertenaga menyambut pekan kedua bulan Januari tahun 2022.
Secara sentiment, volatilitas di pasar keuangan masih digerakkan oleh faktor normalisasi kebijakan moneter dan juga penyebaran Covid-19 Omicron.
Kondisi inflasi yang terus meningkat memang bakal memicu bank sentral untuk mengetatkan kebijakan moneternya lewat penurunan injeksi likuiditas dan kenaikan suku bunga.
Secara historis, siklus pengetatan moneter bukanlah kabar baik untuk pasar keuangan global. Naiknya suku bunga acuan akan membuat yield surat utang pemerintah yang sering dikenal sebagai risk free meningkat.
Adanya peluang pengetatan kebijakan moneter AS lewat kenaikan suku bunga di bulan Maret membuat pasar saham AS terkoreksi dan yield SBN AS melonjak.
Di pekan pertama Januari 2022, kasus infeksi harian Covid-19 global mengalami kenaikan yang tajam. Jika di akhir Desember kasus harian masih di kisaran 1 juta, per 8 Januari 2022 rerata kasus harian dalam sepekan sudah naik 2x menjadi 2,2 juta.
Senada dengan kenaikan kasus Covid-19 global, kasus harian di dalam negeri juga meningkat. Kasus infeksi harian Covid-19 di Indonesia sejak November sudah konsisten berada di bawah 500 kasus. Namun di pekan lalu kasus Covid-19 kembali menyentuh angka 500 kasus per hari.
Belum usai varian Omicron, kini muncul varian Covid-19 baru yang memiliki karakteristik seperti varian Delta dan Omicron sehingga disebut sebagai Deltacron. Varian ini ditemukan di Siprus dan sudah ada 25 kasus.
Dengan penguatan IHSG dan sentimen negatif yang terus berkembang, bagaimana arah pergerakan IHSG sesi II? Berikut ulasan teknikalnya.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode jam (hourly) dari indikator Bollinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan IHSG, maka indeks harus melewati level resisten terdekatnya di 6.736 untuk membentuk tren bullish.
Sementara itu indeks harus melewati level support terdekatnya di level 6.668 untuk mengalami tren bearish.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 64,85 dan cenderung bergerak naik mendekati level overbought di 70-80. Sehingga peluang IHSG lanjut menguat sesi II masih terbuka.
Kemungkinan IHSG lanjut menguat di sesi II juga terkonfirmasi dari Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD), di mana garis MACD 12 semakin membentuk pola divergen dengan MA26 dan kenaikan batang histogram yang bisa menjadi cerminan potensi apresiasi indeks.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000
