Yield Treasury Tinggi Sekali, Rupiah Kudu Hati-Hati Pekan Ini

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 10/01/2022 08:30 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mencatat pelemahan 0,74% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu ke Rp 14.355/US$. Dalam 5 hari perdagangan, rupiah hanya mampu menguat sekali saja di hari Jumat (7/1).

Meski demikian, pelemahan rupiah tersebut terbilang cukup bagus dibandingkan mata uang utama Asia lainnya.

Rupiah mengalami tekanan setelah rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Notula edisi Desember tersebut menunjukkan The Fed berpeluang lebih agresif dalam dalam menormalisasi kebijakan moneternya di tahun ini.


Selain bisa menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali, The Fed juga berpeluang mengurangi nilai neracanya (balance sheet). Artinya The Fed bisa menjual obligasi dan surat berharga yang dimiliki, sehingga likuiditas akan diserap lagi sehingga semakin ketat.

Hal tersebut dilalukan guna meredam inflasi yang sangat tinggi di Amerika Serikat. Tetapi efek lain yang ditimbulkan yakni yield obligasi (Treasury) AS mengalami lonjakan. Yield Treasury tenor 10 tahun sepanjang pekan lalu melesat 25,3 basis poin ke 1,7655% yang merupakan level tertinggi sejak Januari 2020, atau sebelum terjadi pandemi Covid-19.

Kenaikan yield Treasury tersebut berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia yang pada akhirnya menekan rupiah.

Meski demikian, bukan berarti rupiah tidak punya peluang menguat di pekan ini. Bahkan peluang sebenarnya cukup besar melihat indeks dolar AS yang jeblok hingga 0,62% ke 95,718.

Penyebab jebloknya indeks dolar AS adalah data tenaga kerja AS yang bervariasi. Perekrutan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll/NFP) dilaporkan sebanyak 199.000 orang di bulan Agustus, turun dari bulan sebelumnya 249.000 orang, juga jauh di bawah prediksi pasar yang memperkirakan lebih dari 400.000 orang.

Sementara itu tingkat pengangguran dilaporkan turun menjadi 5,9% dari sebelumnya 6%, dan rata-rata upah per jam juga naik 0,6% lebih tinggi dari bulan sebelumnya 0,4%.
Meski demikian, pasar lebih melihat data NFP ketimbang dua lainnya, sebab mencerminkan kemampuan perekonomian AS menciptakan dan menyerap tenaga kerja.

Sementara di pekan ini, selain data ekonomi dari dalam negeri testimoni ketua The Fed, Jerome Powell pada Selasa besok akan menjadi perhatian utama yang bisa memberikan dampak besar ke pasar finansial global. Selain itu ada juga ada inflasi Amerika Serikat pada hari Rabu (12/1).

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah kini semakin besar setelah bergerak di atas rerata pergerakan 200 hari (Moving Average 200/ MA 200). Artinya rupiah yang disimbolkan USD/IDR saat ini berada di atas 3 MA.

Selama tertahan di atas MA 200 di kisaran Rp 14.330 sampai Rp 14.340/US$, rupiah berisiko melemah Rp 14.400/US$. Penembusan ke atas level tersebut berisiko membawa rupiah melemah ke Rp 14.430/US$ hingga Rp 14.450/US$. di pekan ini.

Meski demikian, rupiah juga punya peluang bangkit melihat indikator Stochastic yang mulai masuk ke wilayah jenuh beli (overbought).

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika Stochastic mencapai overbought, maka USD/IDR berpeluang bergerak turun. Artinya rupiah berpotensi menguat.

Selain itu, kemarin rupiah membentuk pola Doji. Doji memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Mengingat Doji muncul saat posisi rupiah sedang menanjak dan Stochastic masuk wilayah overbought, maka ada peluang USD/IDR akan menurun.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.340/US$ hingga Rp 14.330/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat menuju MA 100 di Rp 14.290/US$ hingga Rp 14.300/US$.
Penembusan ke bawah MA 100 akan membuka ruang penguatan rupiah di pekan ini, menuju Rp 14.250/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS