Lagi Kuat-Kuatnya, Rupiah Libas Dolar Singapura & Australia

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
07 January 2022 14:01
Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sedang kuat-kuatnya pada perdagangan Jumat (7/1), berkat sentimen pelaku pasar yang mulai membaik pasca dikejutkan oleh bank sentral Amerika Serikat (AS). Tidak hanya melawan dolar AS, rupiah juga menguat melawan dolar Singapura dan Australia.

Melansir data Refinitiv, pada pukul 13:08 WIB, rupiah menguat 0,28% melawan dolar AS ke Rp 14.350/US$. Di saat yang sama, rupiah menguat 0,1% melawan dolar Singapura ke Rp 10.562,22/SG$ dan 0,23% melawan dolar Australia di Rp 10.279,62/AU$.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham Asia yang mayoritas menghijau. Rupiah merupakan mata uang emerging market dengan imbal hasil tinggi, sehingga akan diuntungkan ketika sentimen pelaku pasar membaik.

Sebelumnya sentimen pelaku pasar memburuk pasca rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) yang menunjukkan normalisasi kebijakan moneter bisa lebih agresif lagi.

Tidak hanya menaikkan suku bunga, beberapa pejabat The Fed melihat nilai neraca (balance sheet) bisa segera dikurangi.

Rilis tersebut memicu kenaikan yield obligasi (Treasury) AS. Dalam 4 hari perdagangan, yield Treasury sudah naik lebih dari 21 basis poin ke 1,7281% yang merupakan level tertinggi sejak April 2021.

Keniakan yield tersebut berisiko memicu capital outflow dari pasar obligasi Indonesia yang bisa menekan rupiah.

Sementara itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) hari ini melaporkan pada akhir Desember cadangan devisa sebesar US$ 144,9 miliar, turun dari bulan sebelumnya 145,9 miliar. Meski penurunannya cukup besar, tetapi cadangan devisa masih tinggi dan tidak jauh dari rekor US$ 146,9 miliar pada September lalu.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,0 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis BI dalam keterangan resminya

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan."

Meski mengalami penurunan, tetapi cadangan devisa Indonesia masih tinggi, tidak jauh dari rekor US$ 146,9 miliar pada September lalu.

Dengan cadangan devisa yang besar, BI punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat mengalami gejolak.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurs Dolar Singapura Jeblok Lagi, Dolar Australia Makin Mahal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular