Kabar Baik! Rupiah Bakal Akhiri Pelemahan 4 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 07/01/2022 12:35 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (7/1). Mata Uang Garuda juga terlihat akan sukses mempertahankan penguatan hingga penutupan perdagangan, sekaligus mengakhiri pelemahan 4 hari beruntun.

Rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21%, dan sempat bertambah hingga 0,28% ke Rp 14.350/US$. Pada pukul 12:00 WIB, rupiah berada di Rp 14.355/US$, menguat 0,24% di pasar spot.

Tanda-tanda rupiah bakal mampu mempertahankan penguatan terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.


PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.358,50Rp14.329,8
1 BulanRp14.376,50Rp14.358,0
2 BulanRp14.430,00Rp14.403,0
3 BulanRp14.481,00Rp14.454,0
6 BulanRp14.648,00Rp14.594,0
9 BulanRp14.769,00Rp14.742,0
1 TahunRp14.949,00Rp14.902,0
2 TahunRp15.528,00Rp15.470,6

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terlihat dari bursa saham Asia yang menghijau pagi ini. Rupiah merupakan mata uang emerging market dengan imbal hasil tinggi, sehingga akan diuntungkan ketika sentimen pelaku pasar membaik.

Sementara itu dari dalam negeri, BI pada hari ini melaporkan pada akhir Desember cadangan devisa sebesar US$ 144,9 miliar, turun dari bulan sebelumnya 145,9 miliar. Meski penurunanya cukup besar, tetapi cadangan devisa masih tinggi dan tidak jauh dari rekor US$ 146,9 miliar pada September lalu.

"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,0 bulan impor atau 7,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," tulis BI dalam keterangan resminya.

"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan."

Meski mengalami penurunan, tetapi cadangan devisa Indonesia masih tinggi, tidak jauh dari rekor US$ 146,9 miliar pada September lalu.

Dengan cadangan devisa yang besar, BI punya lebih banyak amunisi untuk menstabilkan rupiah saat mengalami gejolak.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS