
Untuk IHSG, Ada Kesempatan Dalam Kesempitan Hari Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat jeblok ke bawah 6.600, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses memangkas pelemahan dan berakhir di 6.653,351, melemah 0,13% saja. Meski demikian, tekanan bagi IHSG masih belum selesai dan berisiko berlanjut pada perdagangan Jumat (7/1).
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau yang biasa disebut Wall Street kembali merosot. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,4% tetapi S&P 500 dan Nasdaq Composite masing masing-masing 0,1%.
Wall Street masih trauma dengan 'hantaman' yang terjadi kemarin yaitu rilis notula rapat (minutes of meeting) bank sentral AS, The Federal Reserve/The Fed. Dalam rapat edisi Desember 2021, terlihat bahwa Ketua Jerome 'Jay' Powell dan rekan begitu agresif, hawkish, dan ingin segera mengakhiri periode kebijakan moneter longgar.
"Peserta rapat kebijakan moneter secara umum mencatat bahwa, melihat outlook individual terhadap perekonomian, pasar tenaga kerja dan inflasi, mungkin diperlukan kenaikan suku bunga lebih awal atau dengan laju yang lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta juga mencatat akan tepat jika segera mulai mengurangi nilai neraca setelah suku bunga dinaikkan," tulis notula The Fed yang dikutip Reuters, Kamis (6/1).
Dengan adanya kemungkinan The Fed mengurangi neracanya, dengan menjual obligasinya, maka likuiditas di perekonomian akan kembali terserap, dan diharapkan mampu meredam tingginya inflasi.
Tetapi efek sampingnya, likuiditas diserap lebih cepat dan berisiko menjadi ketat, yang tidak menguntungkan bagi pasar saham.
Secara fundamental, khususnya dari eksternal belum mendukung penguatan IHSG. Tetapi jika dilihat dari sisi teknikal juga, ada kesempatan dalam kesempitan. Rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) pada grafik harian, di kisaran 6.600 hingga 6.610 terbukti bisa menjadi support yang kuat menahan penurunan IHSG.
![]() Foto: Refinitiv |
Selain itu, rebound IHSG kemarin tak lepas dari indikator stochastic yang kini sudah masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Kemudian IHSG juga membentuk pola Hammer pada grafik 1 jam, yang menjadi sinyal rebound.
Kenaikan IHSG berpeluang berlanjut pada hari ini jika mampu menembus resisten terdekat 6.670, dengan target ke 6.700 hingga 6.720.
Sementara jika kembali ke bawah 6.650, IHSG berisiko menguji kembali MA 50.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000