Drama Batu Bara Berlanjut, Jepang Minta RI Izinkan Ekspor

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 January 2022 07:15
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara naik lagi pada perdagangan kemarin. Namun laju kenaikannya tidak secepat hari sebelumnya.

Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 161,65/ton. Naik 0,34% dibandingkan hari sebelumnya.

Dengan demikian, harga si batu hitam naik dua hari beruntun. Dalam dua hari itu, harga bertambah 6,73%.

Meski masih naik, tetapi kenaikan 0,34% jauh melambat dibandingkan lonjakan 6,37% pada penutupan perdagangan 4 Januari 2022.

Kabar dari Indonesia menyebabkan 'kegilaan' harga batu bara. Kenaikan harga yang lebih dari 6% itu disebabkan respons pasar terhadap kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang ekspor batu bara selama sebulan.

Indonesia adalah negara eksportir batu bara terbesar dunia. Tanpa batu bara dari Indonesia, tidak sedikit negara yang terancam gelap gulita karena pembangkit listrik mereka kekurangan bahan bakar.

Jepang, misalnya. Kedutaan Besar Jepang di Indonesia sampai mengirim surat ke pemerintah Indonesia, meminta batu bara berkalori tinggi (yang tidak digunakan oleh pembangkit listrik di Tanah Air) tetap bisa dikirim ke Negeri Matahari Terbit.

"Larangan ekspor yang begitu tiba-tiba berdampak serius terhadap aktivitas ekonomi di Jepang dan kehidupan masyarakat sehari-hari," sebut surat itu.

Jepang mengimpor batu bara Indonesia sekitar 2 juta ton per bulan. Saat ini setidaknya lima kapal pengangkut batu bara yang sedianya berangkat ke Jepang masih tertahan di pelabuhan.

Tidak hanya kapal yang akan ke Jepang, seluruh kapal pengangkut batu bara mengalami nasib serupa. Lebih dari 100 kapal tertahan di pelabuhan.

"Kami tidak melihat ada pengiriman sejak 31 Desember 2021," sebut seorang trader di Gujarat (India) seperti dikutip dari Reuters.

coalSumber: Reuters

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular