Ikuti Bursa Asia, IHSG Ditutup Loyo Hari Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (5/1/2022), karena investor khawatir dengan potensi pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,49% ke level 6.662,299. Indeks sempat diperdagangkan di zona hijau pada awal perdagangan sesi I hari ini. Namun sekitar pukul 10:00 WIB, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga penutupan perdagangan hari ini.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi IHSG pada hari ini melonjak menjadi Rp 23 triliun. Sebanyak 174 saham menguat, 369 saham melemah, dan 138 saham stagnan. Investor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 836 miliar di pasar reguler.
Investor asing melakukan pembelian bersih di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 307 miliar dan di saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 236 miliar.
Dari pergerakan sahamnya, saham BBRI ditutup melesat 1,2% ke level harga Rp 4.210/unit. Sedangkan saham BBCA berakhir menguat 0,68% ke level harga Rp 7.450/unit.
Sementara penjualan bersih dilakukan asing di saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sebesar Rp 42 miliar dan di saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sebesar Rp 34 miliar.
Saham BUKA ditutup ambruk 6% ke level harga Rp 470/unit, sedangkan saham SMGR berakhir ambles 2,03% ke level Rp 7.225/unit.
Investor cenderung merealisasikan keuntungannya pada hari ini, setelah beberapa hari terakhir IHSG ditutup di zona hijau.
Koreksi IHSG juga terjadi di tengah pergerakan bursa Asia yang mayoritas melemah, di mana indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China memimpin pelemahan bursa Asia hari ini. Hang Seng dan Shanghai ambles hingga lebih dari 1%.
Sentimen negatif yang membayangi pasar terutama muncul dari Amerika Serikat (AS) di mana aroma pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) semakin kuat sehingga membuat kinerja Wall Street cenderung tertekan.
Alhasil, potensi diperketatnya kebijakan moneter dari The Fed dalam waktu dekat membuat saham-saham teknologi di AS dan Asia berjatuhan pada hari ini.
Selain terpengaruh ke saham-saham teknologi, potensi sikap The Fed yang lebih hawkish juga sempat membuat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Negeri Paman Sam (Treasury) bertenor 10 tahun naik hingga menyentuh kisaran level 1,7%.
Pasar juga memantau perkembangan seputar pandemi virus Covid-19, di mana varian terbaru virus tersebut, yakni Omicron, dilaporkan bercampur dengan virus Delta (menjadi delmicron) dan bahkan virus flu biasa.
Akibatnya, pelaku pasar dunia kembali waswas, terutama di tengah meningginya kasus positif harian di berbagai negara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/dhf)