
IHSG Sejengkal dari Rekor Lalu Jeblok, Sesi 2 Apa Kabar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,68% ke 6.738,11 di awal perdagangan hari ini Rabu (5/11). Dari level tersebut hingga ke rekor tertinggi sepanjang masa 6754,464 yang dicapai 22 November lalu, IHSG hanya berjarak 0,24% saja.
Sayangnya, momentum penguatan gagal dipertahankan. IHSG diterpa aksi profit taking yang membuatnya berakhir melemah 0,5% ke 6.662,034 di sesi I.
Mayoritas saham tertekan sebanyak 358 unit, sedangkan 150 lain naik, dan 163 sisanya flat.
Nilai perdagangan melesat di level Rp 18,28 triliun dengan melibatkan 15 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 836 ribuan kali. Investor asing hari ini mencetak pembelian bersih (net buy), senilai Rp 467,92 miliar.
Sentimen negatif yang membayangi pasar terutama muncul dari Amerika Serikat (AS) di mana aroma pengetatan kebijakan moneter semakin kuat sehingga membuat kinerja Wall Street cenderung tertekan.
Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat adanya probabilitas lebih dari 50% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada Maret. Spekulasi tersebut lebih cepat dari sebelumnya Juni 2022.
Secara teknikal, penurunan IHSG terjadi akibat aksi profit taking melihat indikator Stochastic yang sebelumnya berada di wilayah jenuh beli (overbought) pada grafik 1 jam, sehingga ada risiko koreksi.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG sudah melewati support terdekat berada di kisaran 6.670, bahkan nyaris mencapai 6.650. Jika level yang disebut terakhir dilewati, target penurunan selanjutnya adalah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) pada grafik harian, di kisaran 6.600 hingga 6.610.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara jika kembali ke atas 6.670, IHSG berpeluang rebound.
Ke depannya selama bertahan di atas MA 50, yang berarti IHSG bergerak di atas tiga MA, maka peluang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa terbuka lebar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000