Mohon Bersabar! Rupiah Bakal Melemah 3 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 January 2022 12:05
Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tertahan di zona merah melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Rabu (5/1). Mata Uang Garuda kini terancam mencatat pelemahan 3 hari beruntun, artinya belum pernah menguat sepanjang perdagangan 2022.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,14% ke Rp 14.320/US$. Dalam hitungan menit, rupiah langsung jeblok 0,45% ke Rp 14.365/US$, yang merupakan level terlemah sejak 22 Desember lalu. Rupiah sukses memangkas pelemahan, berada di Rp 14.355/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah masih akan tertekan melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.314,00Rp14.365,5
1 BulanRp14.389,00Rp14.385,0
2 BulanRp14.429,00Rp14.426,0
3 BulanRp14.476,00Rp14.474,0
6 BulanRp14.616,00Rp14.612,0
9 BulanRp14.753,00Rp14.749,0
1 TahunRp14.891,30Rp14.886,1
2 TahunRp15.429,80Rp15.493,5

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Tekanan bagi rupiah datang dari ekspektasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed) pada bulan Maret nanti.

Merespon ekspektasi tersebut, yield obligasi AS (Treasury) mengalami kenaikan yang memicu penguatan indeks dolar AS.
Alhasil, terus tertekan sejak awal pekan.

Meski demikian, kenaikan yield Treasury AS tidak memicu kenaikan yield Surat Berharga Indonesia (SBN). Kemarin, yield SBN tenor 10 tahun turun 1,3 basis poin dan siang ini turun lagi 7,5 basis poin.

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika yield turun artinya harga sedang naik, begitu juga sebaliknya. Kenaikan harga menjadi indikasi ada aksi beli, dan tidak menutup kemungkinan oleh investor asing.

Oleh karena itu, ada kemungkinan tidak terjadi capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, yang bisa menjadi kabar bagus. Sebab ketika tidak terjadi capital outflow, malah inflow maka rupiah berpeluang menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular