Mohon Bersabar Ini Ujian, Rupiah Bakal Terpuruk Lagi!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 05/01/2022 07:30 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah dalam dua hari pertama perdagangan 2022 melawan dolar Amerika Serikat (AS). Malah, pada perdagangan Selasa kemarin pelemahan rupiah semakin besar.

Melansir data Refinitiv, rupiah kemarin sempat jeblok hingga 0,43% ke Rp 14.325/US$ yang merupakan level terlemah sejak 22 Desember lalu. Di penutupan perdagangan, rupiah berhasil memangkas pelemahan menjadi 0,25% ke Rp 14.300/US$.

Kenaikan tajam yield obligasi AS (Treasury) yang memicu kenaikan indeks dolar AS membuat rupiah terpukul. Kabar buruknya, yield Treasury dan indeks dolar AS kembali menanjak pada perdagangan Selasa kemarin, yang berisiko membuat rupiah terpuruk lagi pada perdagangan Rabu (5/1).


Pergerakan tersebut mengindikasikan pelaku pasar mulai mengantisipasi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat di tahun ini. Bank sentral AS (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini, dan kenaikan pertama bisa terjadi di bulan Maret, atau kurang dari 3 bulan lagi.

Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat adanya probabilitas lebih dari 50% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada Maret. Spekulasi tersebut lebih cepat dari sebelumnya Juni 2022.

Spekulasi semakin menguat merespon pernyataan pejabat elit The Fed.

"Kenyataannya, inflasi lebih tinggi dari yang saya perkirakan, lebih bertahan lama dari yang saya perkirakan. Pertanyaannya, apakah ini masih sementara (transitory) atau tidak?

"Jika rezim inflasi rendah akan membuat kekuatan makroekonomi menyeimbangkan dirinya sendiri, maka FOMC (Federal Open Market Committee, komite pembuat kebijakan The Fed) harus segera mengedepankan ini. Jadi kita tidak bisa menghindari perlambatan laju pemulihan ekonomi karena inflasi yang tinggi," papar Neel Kashkari, presiden The Fed Minneapolis. 

Secara teknikal, tekanan bagi rupiah kini lebih besar setelah bergerak di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/ MA 50) di kisaran Rp 14.270/US$ hingga Rp 14.280/US$ dan MA 100 di kisaran Rp 14.260/US$ sampai Rp 14.270/US.

Foto: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Tinggal ada MA 200 di kisaran Rp 14.330/US$ sampai US$ 14.340/US$ yang masih menjadi resisten kuat untuk menahan pelemahan rupiah pada hari ini.
Tetapi jika ditembus dan mengakhiri perdagangan di atasnya, tekanan bagi rupiah akan lebih besar.

Sinyal koreksi rupiah sebelumnya sudah muncul dari indikator Stochastic yang mencapai wilayah jenuh jual (oversold) kemudian bergerak naik.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Rupiah berpeluang kembali menguat jika mampu menembus ke bawah MA 100 dan 50.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS