Bitcoin Diramal US$ 100.000 Pertengahan Tahun Ini, Beneran?

chd, CNBC Indonesia
04 January 2022 14:20
Ilustrasi Bitcoin (Photo by Executium on Unsplash)
Foto: Ilustrasi Bitcoin (Photo by Executium on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bitcoin pada perdagangan hari keempat di tahun 2022 masih diperdagangkan di kisaran level US$ 46.000, setelah sebelumnya pada awal perdagangan tahun 2022 lalu sempat menguat ke kisaran level US$ 48.000.

Bahkan, bertahannya harga Bitcoin terjadi di saat koin digital berkapitalisasi pasar terbesar tersebut sedang merayakan hari ulang tahunnya kemarin, di mana pada 3 Januari 2009 silam, sosok Satoshi Nakamoto menambang blok pertama, Genesis Block, yang menandai awal dari blockchain Bitcoin.

Meskipun Bitcoin masih cenderung sideways, tetapi beberapa pengamat masih tetap optimis Bitcoin dapat menyentuh harga US$ 100.000 pada tahun ini.

Menurut Antoni Trenchev, co-founder dan managing partner perusahaan pemberi pinjaman cryptocurrency Nexo memperkirakan bahwa Bitcoin bisa menyentuh harga US$ 100.000 per kepingnya pada pertengahan tahun 2022.

"Saya pikir [bitcoin] akan mencapai $ 100.000 tahun ini, mungkin pada ... pertengahan tahun 2022," kata Trenchev, di "Street Signs Asia" CNBC pada Senin (3/1/2022).

Nexo mengklaim sebagai lembaga pemberi pinjaman terbesar di dunia dalam industri keuangan digital, menurut situs webnya. Perusahaan telah mengeluarkan dana lebih dari US$ 6 miliar dalam bentuk kredit dan mengelola aset untuk lebih dari 2,5 juta pengguna di seluruh dunia.

Tapi tidak semua orang sama bullish-nya dengan Trenchev.

Beberapa pengamat telah memperingatkan bahwa Bitcoin kemungkinan akan kembali terkoreksi tajam dalam beberapa bulan mendatang.

Carol Alexander, profesor keuangan di Universitas Sussex, mengatakan dia melihat penurunan Bitcoin hingga menyentuh level terendahnya di kisaran US$ 10.000 pada tahun 2022.

Potensi masih adanya tindakan keras dari regulator beberapa negara terhadap industri kripto dan perubahan harga yang liar juga masih akan membebani prospek Bitcoin.

Di pihaknya, Trenchev mengatakan ada "dua alasan sederhana" mengapa dia melihat keuntungan besar di masa depan untuk Bitcoin.

Salah satunya adalah bahwa investor institusional "membangun perbendaharaan mereka" dan mengisinya dengan cryptocurrency. Perusahaan seperti MicroStrategy dan Square adalah salah satu contoh perusahaan yang diketahui telah membeli Bitcoin dalam jumlah besar pada tahun 2021.

Alasan lain adalah prediksinya bahwa "uang murah" masih akan tetap ada, di mana hal ini akan menjadi keuntungan bagi cryptocurrency.

Komentarnya muncul meskipun ada ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) dapat menaikkan suku bunga beberapa kali pada tahun ini untuk pertama kalinya di era pandemi karena bank sentral AS berupaya memerangi inflasi.

The Fed termasuk di antara beberapa bank sentral negara maju yang sudah mengambil langkah-langkah pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tahun 2020 untuk menjaga pasar keuangan tetap bertahan dari memanasnya inflasi.

Sementara itu, Bitcoin sebagian besar telah menjadi pemenang di era pandemi, naik lebih dari 60% pada tahun 2021, meskipun jauh dari rekor tertinggi barunya di kisaran level US$69.000 pada awal tahun itu.

Bahkan, kenaikan Bitcoin sudah melebihi kenaikan tiga indeks utama di bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street. Sebagai perbandingan, indeks S&P 500 naik hampir 27% selama periode yang sama, sementara Dow dan Nasdaq masing-masing naik 18,73% dan 21,39% untuk tahun 2021.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gerak Kripto Masih Kayak Gini, Susah Bikin Kaya Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular