Perhatian! Ada Bahaya Buat Pasar Keuangan RI 2 Bulan Lagi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Selasa, 04/01/2022 11:35 WIB
Foto: The Fed Bersiap Naikkan Suku Bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga pertamanya dalam tiga tahun terakhir. Kabarnya, kebijakan ini bakal diambil kurang dari dua bulan lagi.

The Fed terakhir menaikkan suku bunga acuannya pada akhir 2018 silam, di mana hal ini merupakan bagian dari proses "normalisasi" yang terjadi pada periode memudarnya ekspansi ekonomi terlama dalam sejarah AS. Hanya tujuh bulan berselang, The Fed mundur karena ekspansi terlihat semakin rapuh. Delapan bulan setelah pemotongan awal pada Juli 2019 , The Fed terpaksa menurunkan suku bunga acuan hingga nol ketika AS menghadapi pandemi yang membuat perekonomian global terbawa ke dalam jurang yang dalam.

Saat para pejabat bersiap untuk kembali ke kebijakan moneter yang lebih konvensional, pelaku pasar di Wall Street mengawasinya dengan cermat. Pada perdagangan pertama di tahun baru, pasar bersedia untuk terus mendorong ketiga indeks utama di Wall Street naik lebih tinggi. "Ketika Anda melihat masa lampau The Fed, biasanya ada beberapa pengetatan sebelum Anda mendapat masalah ekonomi dan pasar," kata Jim Paulsen, kepala strategi investasi di Leuthold Group, dikutip dari CNBC International.


Paulsen mengharapkan pasar untuk mengambil kenaikan awal, di mana kemungkinan The Fed akan memulai menaikan suku bunga pada pertemuan 15-16 Maret 2022. "Kami telah mengembangkan sikap ini pada The Fed berdasarkan tren beberapa dekade terakhir di mana ekonomi tumbuh sebesar 2% per tahun," kata Paulsen.

"Di dunia, kecepatan ekonomi terhenti di level 2%. Jika The Fed berpikir tentang pengetatan, itu dapat merusak. Tapi kita tidak hidup di dunia itu lagi," tambah Paulsen.

Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar saat ini melihat probabilitas sebesar 61% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada Maret 2022 dan akan menaikan lagi sebanyak dua kali pada akhir tahun 2022. Sedang kenaikan berikutnya adalah ketika The Fed bisa melihat beberapa pukulan balik.

The Fed menaikkan suku bunga sebagai tanggapan terhadap melonjaknya inflasi di AS yang berjalan pada tingkat tercepat dalam hampir 40 tahun. Ketua The Fed, Jerome Powell dan para koleganya pada tahun 2021 bersikeras bahwa kenaikan harga hanya bersifat sementara. Tetapi nyatanya, mereka mengakui bahwa melonjaknya inflasi tidak hanya terjadi sementara.

Rekayasa Landing

Kepala penasihat ekonomi di Allianz dan ketua Gramercy Fund Management, Mohamed El-Erian pun bertanya-tanya, akankah The Fed dapat mengatur "turun teratur" dan bagaimana The Fed dapat meredam reaksi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuannya.

"The Fed melakukannya dengan benar dan permintaan sedikit mereda serta dari sisi penawaran pun merespons. Itu semacam penyesuaian Goldilocks," kata El-Erian di "Squawk Box" CNBC, Senin (3/1/2022).

Bahayanya adalah setelah The Fed menaikan suku bunga acuannya, inflasi tetap meninggi, lebih dari yang diantisipasi oleh The Fed.

Investor yang lebih memilih sektor saham old economy akan melihat pergerakan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (Treasury), di mana mereka mengharapkan adanya petunjuk lanjutan tentang niat The Fed.

Yield Treasury sebagian besar tetap terkendali meskipun ada ekspektasi menurun karena adanya kenaikan suku bunga, tetapi Paulsen berharap adanya reaksi pasar dilihat dari potensi naiknya yield Treasury bertenor 10 tahun hingga ke kisaran level 2% pada tahun ini.

Pada saat yang sama, El-Erian memperkirakan ekonomi global akan berjalan cukup baik pada tahun 2022, bahkan jika pasar menghadapi beberapa hambatan.

Demikian juga Paulsen mengatakan bahwa ekonomi global cukup kuat untuk menahan kenaikan suku bunga, yang akan meningkatkan suku bunga pinjaman di berbagai produk konsumen.

Namun, dia memperkirakan koreksi akan terjadi pada paruh kedua tahun ini karena kenaikan suku bunga terus berlanjut.

Investor akan melihat lebih dekat dari pemikiran The Fed pada akhir pekan ini, ketika risalah pertemuan FOMC Desember akan dilaksanakan Rabu besok waktu setempat.

Yang menarik bagi pasar adalah diskusi tidak hanya tentang laju kenaikan suku bunga dan keputusan untuk mengurangi pembelian aset, tetapi juga kapan The Fed akan mulai mengurangi neracanya.

Bahkan, ketika The Fed bermaksud untuk menghentikan pembelian obligasinya di musim semi tahun ini, tetapi mereka akan cenderung terus menginvestasikan kembali hasil kepemilikannya saat ini, yang akan mempertahankan neraca di sekitar level US$ 8,8 triliun.

Namun, Ekonom Citigroup, Andrew Hollenhorst memperkirakan pengurangan neraca The Fed akan dimulai pada kuartal pertama tahun 2023.


(chd/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beda Arah "Jurus" Bank Sentral Dunia Atasi Ketidakpastian Dunia