Tahun Baru Semangat Baru! Rupiah Langsung Gebuk Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Senin, 03/01/2022 09:27 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah memberikan kesan yang cukup baik di awal di awal perdagangan pertama tahun 2022. Sepanjang tahun lalu, rupiah masih cukup stabil melawan dolar Amerika Serikat (AS), memang melemah tetapi tidak besar.

Sementara Senin (3/1/2021) rupiah langsung menguat 0,11% ke Rp 14.235/US$ saat bel perdagangan perdana di 2022 berbunyi.

Rilis data aktivitas manufaktur Indonesia dan inflasi bulan Desember 2021 menjadi penggerak rupiah di awal perdagangan hari ini.


Aktivitas manufaktur yang dilihat dari purchasing managers' index (PMI) bisa memberikan gambaran bagaimana geliat ekonomi di dalam negeri. Sementara inflasi akan menunjukkan seberapa kuat daya beli masyarakat.

IHS Markit melaporkan PMI manufaktur Indonesia pada bulan Desember sebesar 53,5. sedikit melambat dari bulan sebelumnya 53,9.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

Skor PMI manufaktur Desember 2021 jadi yang terendah dalam tiga bulan terakhir.

"Permintaan terhadap produk manufaktur Indonesia dan produksi meningkat selama empat bulan beruntun. Pelonggaran pembatasan sosial seiring pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang melandai mendukung pertumbuhan sektor manufaktur," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Untuk memenuhi permintaan, dunia usaha Indonesia melakukan lebih banyak pembelian bahan baku/penolong. Ini akan meningkatkan stok di gudang.

"Peningkatan aktivitas pembelian bahan baku/penolong juga terkait dengan ekspektasi tingginya permintaan konsumen pada bulan-bulan ke depan. Ini menggambarkan dunia usaha di Indonesia melihat positif prospek 12 bulan ke depan. Kondisi ekonomi akan membaik karena pandemi Covid-19 yang terkendali," jelas keterangan IHS Markit.

Namun, kenaikan produksi tidak diimbangi dengan tambahan serapan tenaga kerja. Level penciptaan lapangan kerja tidak berubah, rekrutmen baru kebanyakan untuk menggantikan pekerja yang mengundurkan diri.

"Masalah pasokan bahan baku masih membayangi sektor manufaktur Indonesia. Perlu dimonitor seberapa besar dampaknya jika terus terjadi.

Meski ekspansi sektor manufaktur sedikit mengalami pelambatan, namun Jingyi Pan, Economics Associate Director IHS Markit mengatakan secara keseluruhan sentimen sangat positif.

"Namun demikian, keseluruhan sentimen bertahan sangat positif, dengan tingkat kepercayaan diri bisnis di atas rata-rata jangka panjang menunjukkan bahwa manufaktur Indonesia masih optimis terhadap pertumbuhan produksi berkelanjutan selama periode tahun 2022," kata Jingyi Pan.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS