Ekonomi Bangkit di 2021, Harga Minyak Mentah Mendidih!
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia meroket sepanjang tahun 2021. Minyak jenis brent melesat 50,12% dalam setahun. Sedangkan minyak mentah jenis light sweet (WTI) meroket 55% sepanjang tahu. Pencapaian ini jadi yang terbaik sejak tahun 2016 silam.
Lonjakan harga minyak mentah yang tinggi didorong oleh permintaan yang naik di tahun 2021 karena mulai pelonggaran aturan mobilitas masyarakat,
Sebelumnya, pada tahun 2020 pandemi COVID-19 (Coronavirus Disease 2019/COVID-19) membuat mobilitas masyarakat sangat terbatas. Sehingga roda ekonomi dunia menjadi terhenti. Permintaan minyak dunia pun melorot 8,7 juta barel per hari (mb/d) menjadi 91 mb/d, berdasarkan data Badan Energi Internasional (IEA).
Pemulihan ekonomi tahun 2021 akhirnya membalikkan keadaan ekonomi dunia. Pemulihan ini tak lepas dari program vaksinasi yang berlangsung.
Permintaan minyak mentah pada 2021 pun diperkirakan meningkat 5,5 mb/d dari tahun 2020 menjadi 96,5 mb/d. Permintaan dari bahan bakar jadi pendorong utama permintaan minyak tahun 2021 dengan kenaikan 1,7 mb/d menjadi 25,4 mb/d.
Penerbangan, sektor yang paling terkena dampak pandemi, mulai pulih tahun 2021. Ini karena pembatasan perjalanan mulai dibuka dan kemajuan vaksinasi. Permintaan minyak untuk bahan bakar pesawat pada tahun 2021 diperkirakan sebesar 25,4 mb/d. Tahun lalu, permintaan dari penerbangan hanya sebesar 4,7 mb/d, jatuh dari tahun 2019 sebesar 7,9 mb/d.
Industri petrokimia yang menyumbang mayoritas permintaan etana/LPG dan nafta yang relatif sedikit menderita akibat krisis Covid dan akan terus mencatat pertumbuhan yang sehat. Permintaan etana/LPG dan nafta pada tahun 2021 masing-masing diperkirakan sebesar 13,4 mb/d dan 6,5 mb/d. Naik dari tahun dari permintaan tahun 2020 sebesar 12.8 mb/d dan 6,3 mb/d.
Sementara itu dari sisi pasokan, produksi minyak mentah dunia jatuh pada tahun 2020. Walaupun mencoba bangkit, tapi laju permintaan yang tinggi tidak mampu dipenuhi oleh pasokan.
Pada tahun 2020, pasokan minyak mentah dunia sebesar 93,9 mb/d, turun dari tahun 2019 sebesar 100,5 mb/d. Penyebabnya adalah permintaan yang turun dan pembatasan aktivitas dalam upaya menekan penyebaran virus corona.
Penerbangan, sektor yang paling terkena dampak pandemi, akan terus berjuang. Konsumsi bahan bakar jet hanya akan kembali ke level 2019 pada 2024 karena pembatasan perjalanan, perubahan kebiasaan perjalanan, dan kemajuan vaksinasi yang relatif lambat di negara berpenghasilan rendah membatasi pemulihannya. Proliferasi pertemuan dan konferensi online, bersama dengan pemotongan biaya oleh perusahaan, cenderung secara permanen mengurangi perjalanan bisnis.
Guncangan permintaan akibat corona membangun momentum pergeseran investasi menuju energi bersih. Hal ini akan memperlambat ekspansi kapasitas produksi minyak. Pada tahun 2020, para penambang menghabiskan sepertiga lebih sedikit modal dari yang direncanakan pada awal tahun dan 30% lebih sedikit dari pada tahun 2019.
Pemotongan pengeluaran yang tajam dan penundaan proyek tersebut telah menghambat pertumbuhan pasokan di seluruh dunia.
(ras/ras)