Terungkap! Ini Kenapa Divestasi Shell di Blok Masela Tak Laku

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) membeberkan bahwa Shell Upstream Overseas Services Limited (Shell) anak usaha dari Royal Dutch Shell sampai hari ini belum juga mendapatkan investor pengganti atau pembeli dari hak partisipasinya di Blok Masela sebesar 35%.
Wakil Kepala SKK Migas, Fatar Yani Abdurrahman membeberkan bahwa Shell masih kesulitan mencari investor untuk membeli divestasi saham 35% di Lapangan Gas Abadi di Kepulauan Aru, karena aset yang ada di Blok Masela dianggap kurang kompetitif.
"Asetnya dianggap tidak kompetitif, karena adanya syarat green energy sekarang ini," terang Fatar kepada CNBC Indonesia, Kamis (30/12/2021).
Fatar Yani membaca bahwa untuk bisa dianggap sebagai syarat green energy, bahwa rencana pengembangan atau Plant of Development (PoD) di Blok Masela harus memasukan fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau akrab disapa CCUS.
"Itu menurut mereka begitu (harus revisi PoD). Kalau kita baca secara tidak langsung kan (CCUSS) menjadi syarat," terang Fatar Yani
Sayangnya Fatar tidak menjelaskan detil aset-aset apa saja yang dianggap tidak kompetitif dan tidak masuk kriteria green energy. Namun, kata dia, selain aset Liquifed Natural Gas (LNG) yang rencananya akan dibangun di on shore atau darat di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku itu katanya juga tidak kompetitif.
"Inpex juga melihat LNG ke depannya tidak kompetitif. Jadi produk LNG-nya juga mesti green. Makanya mereka mengajukan CCS/CCUS itu untuk revisi PoD," ungkap Fatar Yani.
Seperti diketahui sebelumnya, Shell memang memiliki rencana untuk hengkang dari Blok Masela ini. Alasannya lebih kepada investasi di Indonesia kurang menguntungkan ketimbang melihat dari global portfolio Shell di seluruh dunia yang lebih menguntungkan.
Saat ini Shell adalah pemilik hak partisipasi di Blok Masela sebesar 35%. Sisanya 65% dimiliki oleh Inpex Masela. Lapangan Abadi ini memiliki nilai investasi senilai US$ 19,8 miliar, yang ditargetkan memproduksi sebanyak 1.600 juta kaki kubik per hari (mmscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 mmscfd serta 35.000 barel minyak per hari.
[Gambas:Video CNBC]
Krisis Kontainer, Presiden Resah
(pgr/pgr)