Jadi Idola di Tahun Ini, 2022 Dolar AS Bakal 'Kiamat'?
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) masih menjadi mata uang favorit di tahun ini. Indeks dolar AS sepanjang tahun ini mencatat penguatan sekitar 6,7%. Artinya, the greenback menguat signifikan melawan mata uang utama. Penguatan tersebut juga menjadi yang terbesar sejak tahun 2015.
Pada 2022, dolar AS juga masih diunggulkan. Namun ada juga analis yang mengatakan dolar AS akan menghadapi 'kiamat'.
Status aset aman (safe haven) yang disandang dolar AS membuatnya menjadi pilihan investasi di saat perekonomian global dipenuhi ketidakpastian. Namun, meski dolar AS menjadi favorit, pelemahan rupiah tidak terlalu besar.
Bahkan, saat bank sentral AS (The Fed) mengumumkan percepatan normalisasi kebijakan moneter serta mengindikasikan kenaikan suku bunga sebanyak 3 kali di tahun depan, rupiah masih tetap tegar melawan dolar AS.
Sepanjang tahun ini hingga Kamis (30/12) kemarin, dolar AS hanya menguat 1,6% saja melawan dolar AS di Rp 14.265/US$.
Bahkan melawan mata uang utama lainnya, kinerja rupiah juga cukup bagus di tahun ini. Melawan mata uang Eropa, euro dibuat melemah 6%, kemudian melawan poundsterling menguat stagnan.
Yen yang merupakan mata uang safe haven dibuat jeblok hingga nyaris 9%. Kemudian duo dolar Singapura dan Australia juga dibuat melemah 0,8% dan 4,16%.
Hanya yuan China yang menguat cukup tajam melawan rupiah, nyaris 4%.
Berikut pergerakan mata uang dunia sepanjang tahun ini hingga Kamis kemarin pukul 16:45 WIB.
Melihat data tersebut, hanya dolar AS, dolar Kanada, yuan China dan dolar Taiwan yang menguat melawan rupiah di tahun ini.
Artinya, kinerja rupiah cukup bagus, 'ternak' dolar AS memang masih menghasilkan cuan, tetapi tipis saja. Padahal The Fed akan agresif dalam melakukan normalisasi kebijakan moneternya.
Dalam pengumuman kebijakan moneter Kamis (16/12) dini hari, The Fed memutuskan tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) diperbesar menjadi US$ 30 miliar setiap bulannya dari sebelumnya US$ 15 miliar.
Dengan keputusan tersebut, maka QE The Fed yang sebelumnya direncanakan berakhir pada pertengahan tahun depan berubah menjadi bulan Maret 2022.
Kemudian untuk suku bunga, dilihat dari Dot Plot anggota Federal Open Market Committee (FOMC), akan ada tiga kali kenaikan suku bunga di tahun depan.
The Fed setiap akhir kuartal akan memberikan proyeksi suku bunganya, terlihat dari dot plot. Setiap titik dalam dot plot tersebut merupakan pandangan setiap anggota FOMC terhadap suku bunga.
Dalam dot plot kali ini, sebanyak 12 dari 18 anggota FOMC melihat suku bunga bisa dinaikkan sebanyak 3 kali di tahun depan. Kemudian pada 2023 akan ada kenaikan 2 kali lagi, begitu juga pada 2024. Sehingga dalam tiga tahun ke depan akan ada tujuh kali kenaikan suku bunga.
Suku bunga The Fed saat ini sebesar 0-0,25%, jika setiap kali kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (0,25%), maka di akhir 2024 suku bunga The Fed sebesar 1,75% - 2%.
Dengan panduan kebijakan moneter yang hawkish, dolar AS justru hanya menguat 1,6% saja melawan rupiah. Lantas, apakah hal tersebut menjadi sinyal dolar AS akan terpuruk di tahun depan, dan rupiah malah menguat?
HALAMAN SELANJUTNYA >>> 2022 'Ternak' Dolar AS Masih Favorit, Tapi...
(pap/pap)