
Goks Abis! Ini Dia Saham Tercuan 2021, Sah Bikin Anda Tajir

Jakarta, CNBC Indonesia - Di antara ratusan saham yang 'manggung' di bursa, ada sejumlah saham yang sukses meroket to the moon hingga ribuan persen pada tahun ini. Performa tersebut tentu jauh melampaui kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun ini.
Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, kebanyakan dari saham dengan lonjakan harga yang 'astronomical' tersebut berasal dari sektor perbankan digital dan teknologi.
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang 2021, IHSG berhasil tumbuh dua digit alias 10,08% ke posisi 6.581,48 hingga penutupan hari perdagangan terakhir tahun ini, Kamis (30/12/2021).
Berikut ini daftar saham paling cuan sepanjang 2021 yang dihimpun Tim Riset CNBC Indonesia:
Daftar Saham Paling Moncer 2021
Emiten | Ticker | Harga Terakhir (Rp) | Return 2021 (%) |
PT DCI Indonesia Tbk | DCII | 43,975 | 10370.24 |
PT Berkah Beton Sedaya Tbk | BEBS | 5,875 | 5775.00 |
PT Allo Bank Indonesia Tbk | BBHI | 7,075 | 4239.50 |
PT Telefast Indonesia Tbk | TFAS | 5,125 | 2747.22 |
PT Bank Aladin Syariah Tbk | BANK | 2,290 | 2123.30 |
PT Damai Sejahtera Abadi Tbk | UFOE | 1,625 | 1508.91 |
PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk | PANI | 1,725 | 1387.07 |
PT Digital Mediatama Maxima Tbk | DMMX | 2,720 | 1052.54 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia (BEI) | Harga per 30 Desember 2021
Menariknya, 4 dari 8 saham dengan cuan 10 kali lipat di tahun 2021 ternyata baru melantai (initial public offering/IPO) di bursa tahun ini. Keempat saham anak baru tersebut berasal dari industri yang berbeda-beda, yakni DCII, BEBS, BANK, dan UFOE.
Jawaranya tak lain dan tak bukan adalah PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang memberikan return yang fantastis sebesar 10.370,24% sepanjang tahun ini dan menjadi saham paling fenomenal di 2021. Bagaimana tidak, kapitalisasi pasar DCII dengan cepat menembus Rp 100 triliun dan bersanding dengan emiten-emiten big cap lain di bursa efek.
DCII sendiri bergerak di sektor data center. Sejak listing pada awal Januari, harga sahamnya terus melesat tajam. Bahkan sempat digembok oleh otoritas bursa beberapa kali.
Kenaikan yang fantastis tersebut diakibatkan oleh sentimen dari bos Salim Group, yakni Anthony Salim, yang menambah kepemilikan saham DCII hingga Rp 1 triliun dan kepemilikannya meningkat menjadi 11%.
Meskipun demikian, saat ini saham DCII bukanlah saham yang likuid ditransaksikan.
Melejitnya saham DCII, dan juga saham 'saudaranya' PT Indointernet Tbk (EDGE) sebesar 217,29% sepanjang tahun ini turut membuat ketiga pemiliknya masuk ke dalam daftar 50 besar orang paling tajir di Indonesia.
Menurut laporan Forbes teranyar, Presiden Direktur DCII Otto Toto Sugiri menempati peringkat ke-19 orang terkaya di Tanah Air dengan total kekayaan US$ 2,5 miliar atau setara dengan Rp 35,75 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/US$).
Kemudian, Marina Budiman adalah partner bisnis lama Toto Sugiri. Ia adalah salah satu pendiri dan Presiden Komisaris DCII. Saat ini, Marina Budiman menduduki peringkat ke 30 orang paling kaya di Indonesia dengan pundi-pundi kekayaan US$ 1,5 miliar.
Selain Toto dan Marina, satu nama lagi yang turut ketiban berkah DCII adalah Han Arming Hanafia. Han ikut mendirikan DCI Indonesia bersama Toto Sugiri dan Marina Budiman sepuluh tahun silam.
Tahun ini, Han Arming Hanafia bercokol di peringkat 37 orang terkaya di Tanah Air dengan total kekayaan US$ 1,19 miliar.
Saham Bank Digital hingga Teknologi Tercuan
Selain DCII, ada 3 saham lain yang cuan ribuan persen meski baru melantai perdana tahun ini. Mereka adalah PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), PT Berkah Beton Sedaya Tbk (BEBS) dan PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE).
Resmi melantai pada awal Februari 2021, saham BANK tercatat telah naik 2.123,30%. Katalis positifnya adalah maraknya transformasi bisnis model bank-bank dengan modal cekak menjadi bank digital.
Prospek bank digital di Tanah Air memang diyakini sangat cerah didukung dengan ruang penyaluran kredit yang masih sangat terbuka, penetrasi dan adopsi teknologi digital yang semakin meluas dan karakteristik perbankan domestik yang profitable.
Sebagai informasi rasio Net Interest Margin (NIM) industri perbankan nasional bahkan tergolong yang tertinggi di kancah global. Kombinasi ketiga faktor tersebutlah yang membuat investor asing juga ikut menjajaki bisnis ini, baik masuk secara temporer maupun untuk berinvestasi jangka panjang.
Untuk kasus BEBS memang salah satu katalis positifnya adalah lonjakan laba bersih perseroan yang mencapai 350% pada kuartal III-2021.
Kenaikan harga saham BEBS juga tak kalah fenomenal yang mencapai 5.775%. Hal ini juga dialami oleh saham UFOE yang terbang 1.508,91%.
Secara umum, saham-saham yang baru IPO memang sangat mudah untuk digoreng karena saat melantai sebagian besar saham beredar hanya dikuasai oleh segelintir investor saja sehingga harga sahamnya mudah digerakkan naik alias cornering.
Selain saham-saham yang baru saja IPO, jika dilihat dari sektoral, ternyata ada tujuh saham yang terafiliasi dengan sektor perbankan digital dan emiten sektor teknologi.
Catat saja, posisi ketiga saham dengan apresiasi paling tinggi tahun ini diduduki oleh PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang meroketĀ 4.239,50%. Dulu bernama PT Bank Harda Internasional Tbk dan baru berganti nama setelah diakuisisi oleh pengusaha Chairul Tanjung lewat PT Mega Corpora.
Harga saham BBHI langsung melesat setelah melakukan dua kali aksi korporasi berupa Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue di tahun lalu dan tahun ini.
Transformasi bisnis model BBHI menjadi bank digital menjadi katalis positif bagi harga sahamnya. Selain BBHI ada juga saham bank mini lain yang memberikan return ribuan persen lain.
Sementara saham teknologi yang melesat ribuan persen, yakni saham PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) dan PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX). Saham teknologi Tanah Air ikut terkerek sentiment global serta adanya perubahan ekonomi di kala pandemi.
Saat wabah Covid-19 merebak dan lockdown masif diterapkan di berbagai negara maka konsumen beralih untuk berbelanja online, konsumsi paket data untuk internet juga meningkat begitu juga penggunaan uang elektronik. Hal ini juga mendorong berbagai perusahaan melakukan transformasi digital perusahaan.
Saham lain yang juga naik ribuan persen di tahun ini adalah saham perusahaan manufaktur packaging, pemrosesan produk perikanan dan cold storage yaitu PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI). Saham PANI terdorong naik setelah PANI diakusisi oleh Agung Sedayu Group dimana digadang-gadang akan ada aksi backdoor listing di emiten yang satu ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Dibuka Hijau, IHSG Sempat Sentuh Rekor Lagi