Rupiah Hari Ini: Awalnya Menjanjikan, Akhirnya Menyedihkan!

Putu Agus Pransuamitra & Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 30/12/2021 15:10 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah gagal mengakhiri kinerja negatif melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (30/12). Padahal, di awal perdagangan rupiah menunjukkan tanda-tanda yang menjanjikan.

Melansir dara Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung menguat 0,18% ke Rp 14.225/US$. Setelahnya rupiah masuk ke zona merah dan tertahan hingga penutupan perdagangan.

Posisi akhir rupiah di Rp 14.265/US$, melemah 0,1% di pasar spot. Dengan demikian, sudah 4 hari rupiah tidak menguat melawan dolar AS. Rinciannya 3 kali melemah, dan sekali stagnan.


Perdagangan yang sepi jelang akhir tahun serta bank sentral AS (The Fed) yang diprediksi akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret 2022 menyulitkan rupiah menguat.

Data dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pelaku pasar melihat adanya probabilitas lebih dari 50% The Fed akan menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% pada Maret tahun depan.

Spekulasi tersebut lebih cepat dari sebelumnya Juni 2022, dan semakin menguat setelah Departemen Perdagangan AS pekan lalu melaporkan inflasi PCE di bulan November melesat 5,7% year-on-year (yoy). Inflasi di bulan November tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi sejak Juli 1982.

Sementara inflasi inti PCE tumbuh 4,7%, tertinggi sejak September 1983.

Inflasi PCE merupakan acuan The Fed dalam menetapkan kebijakan moneter. Semakin tinggi inflasi maka The Fed bisa lebih cepat menaikkan suku bunga.

Sementara itu kabar baik terkait virus corona Omicron menjadi pemicu menguatnya rupiah di awal perdagangan.

Sebelumnya, hasil studi di Afrika Selatan menunjukkan orang-orang yang terinfeksi Omicron, terutama yang sudah divaksin memiliki, akan memiliki imun yang lebih kuat dalam menghadapi varian Delta.

Terbaru, John Bell, profesor kedokteran di Universitas Oxford serta penasehat pemerintah Inggris menyatakan pemandangan horor gelombang Covid-19 sudah menjadi sejarah.

Saat berbicara di BBC Radio 4, Bell menganalisa data dari Inggris di mana penambahan kasus per hari mencapai rekor tertinggi, dan penerimaan pasien di rumah sakit berada di level tertinggi sejak bulan Maret. Tetapi, Bell mengatakan jumlah orang yang berada di ICU, khususnya yang sudah divaksinasi masih sangat, sangat rendah.

"Jumlah orang yang sakit parah dan meninggal akbat Covid-19 secara mendasar tidak mengalami perubahan sejak kita divaksinasi dan itu merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diingat," kata Bell kepada BBC sebagaimana diwartakan CNBC International, Rabu (29/12).

Selain itu Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus juga optimistis fase akut dari pandemi bisa berakhir di tahun ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS