
Eropa "Dijajah" Omicron, Rupiah Kena Getahnya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Selasa (28/12), melanjutkan kinerja negatif awal pekan kemarin. Sentimen pelaku pasar sebenarnya cukup bagus pada hari ini yang bisa mendongkrak kinerja rupiah, tetapi tetapi ada kehati-hatian akibat penyebaran virus corona varian Omicron di Eropa yang semakin menggila.
Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,04% ke Rp 14.230/US$. Depresiasi rupiah kemudian bertambah menjadi 0,11% ke Rp 14.240/US$ pada pukul 9:08 WIB.
Eropa masih menjadi perhatian utama penyebaran Omicron. Prancis kini masuk ke daftar negara yang mencatat penambahan kasus Covid-19 sebanyak 100.000 kasus per hari.
Prancis menyusul Inggris dan Amerika Serikat yang mencatat penambahan kasus di atas 100.000 per hari, dan ini menjadi yang pertama sepanjang pandemi bagi Prancis.
Virus corona varian Omicron mendominasi infeksi di Prancis, tingkat keterisian rumah sakit udah bertambah dua kali lipat dalam satu bulan terakhir.
Hal tersebut mengkonfirmasi jika varian Omicron memang cenderung menimbulkan gejala ringan, tetapi dengan penyebaran yang jauh lebih cepat, fasilitas kesehatan tentunya juga akan terbebani. Apalagi Prancis masih bergelut dengan varian delta.
Dalam beberapa hari ke depan, Omicron diperkirakan akan "menguasai" Prancis, setelah sebelumnya menjadi varian yang dominan di Inggris.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron dan jajaran pemerintahannya mengadakan pertemuan darurat untuk menentukan langkah apa yang akan diambil guna meredam penyebaran virus Omicron.
Sementara itu di Inggris, yang sudah lebih dahulu "dijajah" Omicron, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan akan melihat terlebih dahulu data-data terbaru sebelum memutuskan langkah apa yang akan diambil.
Pada hari Jumat lalu, Inggris melaporkan penambahan kasus baru sebanyak lebih dari 120.000 orang, sementara selama periode Natal tidak ada laporan kasus baru. Johnson akan melihat data terbaru hari Senin, termasuk tingkat keterisian rumah sakit, ICU, serta tingkat kematian.
Johnson sebelumnya sudah menegaskan tidak akan ragu untuk mengetatkan pembatasan sosial jika diperlukan setelah Natal.
Eropa bisa memberikan gambaran bagaimana kebijakan pemerintah guna mengatasi penyebaran Omicron.
Jika pengetatan pembatasan sosial akhirnya dilakukan bahkan sampai lockdown hal tersebut akan memberikan sentimen negatif ke pasar finansial global.
Sebab, ada kemungkinan jika lonjakan kasus meluas ke berbagai negara, kebijakan yang sama akan diterapkan, yang berisiko membuat perekonomian global kembali melambat.
Di Indonesia sendiri kasus Omicron pertama kali terdeteksi pada 16 Desember lalu. Hingga saat ini dilakukan sudah ada 46 orang yang positif Omicron.
Kehati-hatian melihat perkembangan penyebaran Omicron membuat rupiah melemah tipis pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
