2021 in Review

Ini Dia! 8 Merger & Akuisisi Paling Fenomenal Sepanjang 2021

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
27 December 2021 18:05
Bursa efek Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - 2021 menjadi tahun yang semarak oleh serangkaian aksi korporasi merger maupun akuisisi.

Tak hanya di sektor keuangan, perusahaan yang melakukan akusisi maupun merger pada tahun ini juga cukup merata, baik di sektor telekomunikasi, pertambangan, hingga properti.

CNBC Indonesia mencatat, terdapat beberapa aksi korporasi merger dan akuisisi paling fenomenal di tahun ini:

1.Grup Djarum Caplok PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) Rp 17 T

Emiten menara telekomunikasi milik Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) resmi mengakuisisi 94,03% saham PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) dengan nilai transaksi Rp 16,73 triliun.

Transaksi tersebut dilakukan pada 1 Oktober 2021 yang dilakukan melalui anak usaha TOWR, PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dengan harga pelaksanaan Rp 15.640 per saham.

Protelindo mengambialih saham SUPR dari 14 pihak, antara lain, PT Kharisma Indah Ekaprima, Cahaya Anugerah Nusantara Holdings Limited; Pioneering Networks Investments; Fajarindo Nusantara Holdings; Perdana Indonesia Holdings; Uniperkasa Indonesia Investments; Nusantara Connectivity Ventures; Puncak Pratama Holdings Limited.

Selanjutnya, Clearwater Insight Investments; Tumbuh Abadi Holdings Limited; Sentral Nusantara Holdings Limited; Great Archipelago Capital; Evergreen Digital Capital; dan Towering Heights Investments Limited.

Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen TOWR menyampaikan, latar belakang dilakukannya transaksi pengambilalihan di antaranya adalah untuk pengembangan usaha Protelindo serta perluasan jaringan usaha agar dapat memperkuat posisi Protelindo sebagai pemilik dan operator tower independen dalam rangka melayani operator telekomunikasi Indonesia.


STP merupakan salah satu perusahaan menara telekomunikasi di Indonesia dengan 6.780 menara dan 12.500 penyewaan dan lebih dari 9.000 km jaringan kabel fiber optic. STP didirikan tahun 2006 dan merupakan perusahaan tercatat di BEI.

Selain menyewakan menara telekomunikasi, STP juga menyediakan layanan fiber optic backhaul capacity dan layanan lain terkait dengan operator jaringan telekomunikasi, penyedia jasa internet dan lainnya. Protelindo merupakan salah satu pihak yang berpartisipasi dalam proses lelang kompetitif selama 4 bulan, dan telah terpilih menjadi pemenang lelang.

"Protelindo melihat bahwa portfolio milik STP akan semakin melengkapi portfolio yang dimiliki oleh Protelindo saat ini," ungkap manajemen TOWR, dikutip Rabu (6/10/2021).

Transaksi pengambilalihan ini akan memperkuat posisi Protelindo sebagai perusahaan tower independen terbesar di Indonesia dengan lebih dari 28.300 tower dan hampir 53.000 tenant dan rasio tenancy mendekati 1,9x.

Sebagai tambahan, STP memiliki fokus signifikan atas pendapatan dari Top-3 operator sehingga akuisisi ini akan semakin memperkuat profil pelanggan Tier-1 Protelindo. Nantinya, Protelindo akan melakukan integrasi terhadap portfolio milik STP ke dalam milik Protelindo.

2.Merger Indosat dan Tri Indonesia

Selanjutnya, perhatian pasar juga tertuju pada aksi merger dua perusahaan telekomunikasi nasional, PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I).

Merger kedua perusahaan diperkirakan berlaku efektif mulai 4 Januari 2022. Sebelumnya, kedua pihak telah menandatangani perjanjian penggabungan bersyarat pada 16 September 2021 yang kemudian diperbarui pada 20 Desember. Meski demikian, belum disebutkan berapa nilai merger tersebut.

Namun, berdasarkan catatan CNBC Indonesia, pada September 2021 lalu, potensi nilai merger keduanya berpotensi mencapai US$ 6 miliar atau sekitar Rp 86 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.300 per US$.

Nantinya, Indosat akan menerbitkan sebanyak 2,62 miliar saham kepada pemegang saham H3I yang mewakili 32,6% kepemilikan saham dalam modal perusahaan penerima penggabungan usaha.

Sehingga, setelah penyelesaian penggabungan, pengendali Indosat akan menjadi Ooredo South East Asia dan CK Hutchison Indonesia.

Dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen Indosat menyampaikan, tujuan dilakukannya penggabungan usaha ini untuk menciptakan sinergi-sinergi operasional yang signifikan yang akan memungkinkan investasi-investasi yang menguntungkan konsumen dan menghasilkan nilai bagi para pemegang saham perusahaan penerima penggabungan usaha.

3.Grup Medco Akuisisi ConocoPhillips

Selanjutnya, di sektor pertambangan, Emiten migas yang didirikan pengusaha Arifin Panigoro, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga mengakuisisi seluruh saham yang diterbitkan ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd. (CIHL).

Perseroan akan mengakuisisi kepemilikan saham dari Phillips International Investment Inc., yang merupakan anak perusahaan dari ConocoPhillips (COP). CIHL memegang 100% saham di ConocoPhillips (Grissik) Ltd. (CPGL) dan 35% saham di Transasia Pipeline Company Pvt. Ltd. (Transasia). CPGL adalah Operator dari Corridor PSC dengan kepemilikan 54% working interest.

Nilai transaksi akuisisi ini diperkirakan mencapai US$ 1,35 miliar atau sekitar Rp 19,30 triliun. 


CEO Medco Energi, Roberto Lorato mengatakan, transaksi ini melanjutkan rekam jejak MedcoEnergi dalam memberikan nilai tambah melalui akuisisi dan sesuai dengan strategi perubahan Iklim perseroan.

"Akuisisi ini akan semakin memperkuat posisi MedcoEnergi di Asia Tenggara dan akan menghasilkan sinergi yang kuat dengan wilayah kerja kami di Sumatra. Kami siap menyambut seluruh pekerja berkualitas dari Corridor PSC untuk bergabung ke dalam grup MedcoEnergi," katanya dalam keterangan resmi.

Transaksi ini diharapkan selesai pada Q1 2022, dengan mengikuti persyaratan yang berlaku umum serta persetujuan para pemegang saham di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

4.Blibli Akusisi Pengelola Ranch Market Rp 2,03 T

Selanjutnya, ekspansi Grup Djarum terus bergulir. PT Global Digital Niaga (GDN) atau lebih dikenal dengan Blibli resmi menuntaskan akuisisi atas 51% saham pengelola Ranch Market, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) senilai Rp 2,03 triliun.

Perseroan mengambilalih sebanyak 797.888.628 saham milik PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) dari PT Wijaya Sumber Sejahtera, PT Prima Rasa Inti, PT Gunaprima Karyaperkasa, PT Ekaputri Mandiri, David Kusumodjojo, Suharno Kusumodjojo dan Harman Siswanto.

"Pengambilaihan saham tersebut mengakibatkan perubahan pengendalian pada RANC. Saham-saham tersebut dibeli pada harga Rp 2.550 per saham, sehingga total nilai transaksi pengambilalihan adalah sebesar Rp 2.034.616.001.400," ungkap Direksi Blibli, Jumat (1/10/2021).

Manajemen Blibli menyatakan, saat ini penerima manfaat dari GDN adalah Robert Budi Hartono dan Bambang Hartono, pendiri Grup Djarum.

"Tujuan pengambilalihan ini untuk pengembangan usaha dan perluasan ekosistem perseroan sebagai salah satu perusahaan e-commerce terkemuka di Indonesia," urai manajemen.

5.Masuk Bisnis Bank Digital, Emtek Caplok Bank Fama

Konglomerasi lainnya yang juga melakukan akuisisi di tahun ini adalah Grup Emtek. Konglomerasi yang dimiliki Eddy Sariaatmadja ini mengakuisisi 93% saham PT Bank Fama International melalui anak usahanya, PT Elang Media Visitama (EMV).

EMV membeli sebanyak 9.089.503.800 lembar saham Bank Fama dengan nilai nominal Rp 100 per saham atau setara Rp 908,95 miliar. Saham yang akan dibeli EMV terdiri dari 4.428.701.427 saham yang dimiliki oleh Junus Jen Suherman, 1.704.285.876 saham yang dimiliki Edi Susanto, 1.704.285.876 saham yang dimiliki Dewi Janti, dan 1.252.230.621 saham yang dimiliki PT Surya Putra Mandiri Sejahtera.

Pengambilalihan Bank Fama ini sejalan dengan rencana bisnis jangka panjang dari EMV untuk mengembangkan usahanya di Indonesia, termasuk untuk mendukung gerakan pemerintah dalam meningkatkan literasi keuangan dan akses perbankan pada sektor UMKM.

"Pengambilalihan yang diusulkan mewakili investasi strategis oleh EMV dan diharapkan meningkatkan pendapatan di masa depan dan nilai dari EMV," ungkap manajemen, dikutip Jumat (5/11/2021).

Dalam akuisisi ini, perusahaan akan menggunakan dana internal yang sudah disetor Grup Emtek kepada EMV.

"Setelah transaksi ini diselesaikan, EMV memiliki 93% kepemilikan dari total seluruh modal ditempatkan dan disetor dalam FAMA. Pendanaan transaksi pengambilalihan akan menggunakan dana internal EMV," tulis keterbukaan tersebut, Jumat (24/12/2021).

6.Ekspansi Grup Northstar di Tambang Batu Bara Australia

Aksi korporasi menarik lainnya juga datang dari perusahaan tambang yang dimiliki Grup Nortshtar, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Perusahaan mengakuisisi perusahaan tambang batu bara yang dimiliki Downer EDI Limited, Australia senilai US$ 99 juta atau sekitar Rp 1,42 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.365 per US$.

Transaksi akuisisi tersebut dilaksanakan pada 17 Desember 2021 melalui anak usaha perseroan yang dibentuk di Australia,
BUMA Australia Pty. Ltd. (BUMA Australia), yang sahamnya dimiliki sebesar 100% oleh BUMA. Dengan transaksi ini, semua persyaratan dalam perjanjian bersyarat yang ditandatangani pada 11 Oktober 2021 kini telah terpenuhi.

Transaksi ini mencakup transfer atas aset, karyawan, liabilitas imbalan kerja, dan kontrak- kontrak Mining East dari Downer ke BUMA Australia telah selesai dengan mencerminkan biaya akuisisi sebesar A$139 juta, setara dengan US$99 juta.

"Nilai transaksi tersebut menggambarkan material discount dari nilai buku >A$200 juta. Transaksi tersebut didanai sepenuhnya oleh fasilitas pinjaman bank Mandiri yang dilaksanakan penarikannya pada bulan Juli 2021," ungkap manajemen DOID, dalam keterangan resmi, dikutip Senin (20/12/2021).

Segmen usaha Mining East mencakup tim manajemen berpengalaman di Australia, sehingga akan melengkapi kemampuan BUMA dan perusahaan. Hal ini juga akan semakin memperkuat kontrak buku perusahaan, dengan penambahan klien Tier 1. Mining East memiliki kapasitas produksi sekitar 160 juta bcm untuk pengupasan lapisan tanah penutup, di mana sejumlah sekitar 130 juta bcm telah terikat kontrak, dan 10,5 juta ton batubara, yang digunakan untuk melayani konsesi batubara termal maupun coking.

7.Bos Adaro Caplok Saham Trimegah Sekuritas

Pengusaha yang juga Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Garibaldi Thohir mengakuisisi 34,64% saham PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM).

Berdasarkan keterangan yang disampaikan Trimegah, Boy Thohir selaku pengendali baru telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat atas rencana pengambilalihan perseran dengan Advance Wealth Finance Ltd selaku penjual pada 22 Desember 2021 dari Grup Northtar

"Calon pengendali baru berencana untuk membeli 2.462.700.000 saham di perseroan milik penjual yang merupakan sekitar 34,64 persen dari seluruh saham yang dikeluarkan oleh perseroan," ungkap keterangan tersebut, dikutip Jumat (23/12/2021).

Nantinya, bila transaksi itu diselesaikan akan terjadi perubahan pengendalian pada PT Trimegah Sekuritas Tbk (TRIM).

Catatan CNBC Indonesia, jumlah saham yang diakuisisi ini lebih kecil dari rencana yang disampaikan sebelumnya, yakni 49% saham.

Sebelumnya, dalam pertimbangan akuisisi tersebut, Boy Thohir menilai, saat ini industri pasar modal, terutama setelah pandemi Covid-19 diyakini mempunyai prospek yang baik. Terlebih, kata dia, saat ini banyak investor ritel dari generasi muda yang mulai aktif berinvestasi saham, sehingga investasi ini menjadi langkah strategis.

"Intinya saya sangat optimis dengan masa depan perekonomian Indonesia pasca Covid-19 dan tentunya juga terhadap pasar modal Indonesia apalagi banyak banget para millenial yang sekarang aktif di Bursa Efek Indonesia," kata Boy, kepada CNBC Indonesia, Senin (6/10/2021).

8.Merger Gojek dan Tokopedia 

Yang tak kalah menarik, tentu pada tahun ini adalah peristiwa fenomenal penggabungan usaha dua perusahaan rintisan, Gojek dan Tokopedia menjadi GoTo.

GoTo merupakan perusahaan dengan tiga layanan sekaligus yakni on-demand, sistem pembayaran digital dan market place.
Menurut William Tanuwijaya, co-founder dan CEOTokopedia, GoTomerupakan singkatan dari nama Gojekdan Tokopediadan gotong-royong yang jadi semangat penggabungan kedua perusahaan.

Total nilai transaksi penggabungan (gross transaction value/GTV) ini bruto grup ini hingga akhir 2020 lalu lebih dari US$ 22 miliar atau setara dengan Rp 319 triliun (kurs Rp 14.500/US$), dengan lebih dari US$ 1,8 miliar atau Rp 26 triliun pada 2020.

Dalam keterangan resmi GoTo, ada lebih dari 2 juta armada pengemudi terdaftar saat ini. Untuk merchant atau mitra pedagang mencapai 11 juta per Desember 2020.

Sementara itu, ada 100 juta pengguna aktif bulanan. Sedangkan hingga akhir 2020, total nilai transaksi gabungan bruto GoTo adalah lebih dari Rp319 triliun dan tahun lalu capaiannya sekitar Rp 26 triliun.

Dari sisi manajemen, Andre Soelistyo dari Gojek akan memimpin bisnis gabungan tersebut sebagai CEO GoTo Group, dengan Patrick Cao dari Tokopedia sebagai Presiden GoTo Group. Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya akan tetap menjadi CEO Tokopedia.


(sys/sys)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baca 7 Kabar Pasar Buat Panduan Cuan Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular