Habis Melambung Jauh Terbang Tinggi, Batu Bara Nyusruk Lagi..

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 December 2021 08:05
Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah turun tiga hari beruntun, harga batu bara akhirnya naik pada perdagangan akhir pekan lalu. Namun kenaikan itu tipis saja sehingga tidak bisa menyelamatkan harga si batu hitam secara mingguan.

Akhir pekan lalu, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 171,9/ton. Naik 0,17% dari hari sebelumnya.

Akan tetapi, kinerja harga batu bara secara mingguan tetap merah. Minggu lalu, harga terkoreksi 4,55% secara point-to-point.


Pekan sebelumnya, harga batu bara melonjak 10,32%. Dua pekan lalu, harga naik 7,76%.

So, tidak heran investor begitu bernafsu untuk mencairkan cuan. Kenaikan harga batu bara dalam dua minggu terakhir memang cukup menggiurkan.

Halaman Selanjutnya --> Harga Batu Bara Bisa Naik Lagi

Dari sisi fundamental, sebenarnya faktor pengerek harga batu bara masih cukup kuat. Musim dingin di belahan bumi bagian utara (northern hemisphere) membuat kebutuhan listrik untuk penghangat ruangan meningkat. Sumber energi primer untuk pembangkit listrik salah satunya adalah batu bara.

Sumber energi lain masih belum bisa terlampau diandalkan. Gas alam tengah mengalami kendala pasokan, terutama di Eropa. Masalah kian runyam kala Rusia, pemasok utama gas alam di Benua Biru, sedang diterpa kecaman negara-negara barat karena aktivitas mereka di Ukraina.

Gas alam dari Rusia menuju ke negara-negara Eropa yang melalui jalur Yamal-Eropa terus berkurang sejak akhir pekan lalu. Pada Selasa pekan ini, bahkan sempat berhenti karena aliran gas yang semestinya ke arah barat malah berbalik ke timur.

"Tidak ada hubungannya (dengan Ukraina). Ini semata situasi bisnis," ujar Dmitry Peskov, Juru Bicara Pemerintah Rusia, seperti dikutip dari Reuters.

Sumber energi lain seperti angin juga ternyata belum mumpuni. Kekuatan angin di Eropa pada tahun ini lebih lemah dari biasanya, sehingga minim dalam menghasilkan tenaga listrik.

anginSumber: Reuters

Akibatnya, lagi-lagi batu bara menjadi pilihan utama untuk pembangkit listrik. Permintaan yang tinggi semestinya bisa mendongrak harga batu bara.

Namun karena sebelumnya harga sudah selama dua minggu, maka pasti ada tekanan jual. Saat aksi jual ini berakhir, rasanya harga batu bara bisa melesat lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular