Batu Bara Udah Gak "Kesurupan", Seminggu Loyo 6%!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
26 December 2021 10:00
Mining is in progress at an open-cast mine near Dhanbad, an eastern Indian city in Jharkhand state, Friday, Sept. 24, 2021. Efforts to fight climate change are being held back in part because coal, the biggest single source of climate-changing gases, provides cheap electricity and supports millions of jobs. It's one of the dilemmas facing world leaders gathered in Glasgow, Scotland this week in an attempt to stave off the worst effects of climate change. (AP Photo/Altaf Qadri)
Foto: Suasana penambangan di tambang terbuka dekat Dhanbad, sebuah kota di India timur di negara bagian Jharkhand, Jumat, 24 September 2021. (AP/Altaf Qadri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara terpantau bergerak datar pada pekan ini loyo. Aksi ambil untung investor jadi penyebabnya.

Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) turun 6,14% ke level US$ 171,9/ton secarapoint-to-point.

Batu baraFoto: Refinitiv
Batu bara

Setelah sepuluh hari naik beruntun harga batu bara masuk fase konsolidasi karena aksi ambil untung. Hal ini wajar saja mengingat si emas hitam sudah naik 26,66%.

Walaupun terjadi koreksi, komoditas utama pembangkit listrik ini masih dibayangi kabar positif yang mampu mengerek harga.

Musim dingin di belahan bumi bagian utara (northern hemisphere) membuat kebutuhan listrik untuk penghangat ruangan meningkat. Sumber energi primer untuk pembangkit listrik salah satunya adalah batu bara.

Sumber energi lain masih belum bisa terlampau diandalkan. Gas alam tengah mengalami kendala pasokan, terutama di Eropa. Masalah kian runyam kala Rusia, pemasok utama gas alam di Benua Biru, sedang diterpa kecaman negara-negara barat karena aktivitas mereka di Ukraina.

Gas alam dari Rusia menuju ke negara-negara Eropa yang melalui jalur Yamal-Eropa terus berkurang sejak akhir pekan lalu. Pada Selasa pekan ini, bahkan sempat berhenti karena aliran gas yang semestinya ke arah barat malah berbalik ke timur.

"Tidak ada hubungannya (dengan Ukraina). Ini semata situasi bisnis," ujar Dmitry Peskov, Juru Bicara Pemerintah Rusia, seperti dikutip dari Reuters.

Sumber energi lain seperti angin juga ternyata belum mumpuni. Kekuatan angin di Eropa pada tahun ini lebih lemah dari biasanya, sehingga minim dalam menghasilkan tenaga listrik.

Akibatnya, lagi-lagi batu bara menjadi pilihan utama untuk pembangkit listrik. Permintaan yang tinggi semestinya bisa mendongkrak harga batu bara.

Namun karena sebelumnya harga sudah naik 10 hari tanpa henti, maka pasti ada tekanan jual. Saat aksi jual ini berakhir, rasanya harga batu bara bisa melesat lagi.


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Harga Batu Bara Anjlok ke Level Sebelum Perang Ukraina

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular