Tak Terbendung! Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun
Jakarta, CNBC Indonesia - Sentimen pelaku pasar yang membaik membuat rupiah sukses membukukan penguatan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (23/12). Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 14.200/US$ yang merupakan level terkuat sejak 19 November lalu.
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,6% di Rp 14.200/US$. Sayangnya rupiah mengendur setelah menyentuh level tersebut, saat penutupan perdagangan berada di Rp 14.247/US$, menguat 0,27% di pasar spot.
Ketika sentimen pelaku pasar membaik, rupiah memang menjadi perkasa. Dengan kondisi fundamental ekonomi yang cukup bagus, penyebaran penyakit akibat virus corona (Covid-19) yang terkendali, serta imbal hasil yang tinggi membuat rupiah bersinar pelaku pasar kembali ke aset-aset berisiko.
Membaiknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam konferensi pers pada Selasa menyerukan warga AS mendapatkan suntikan penguat vaksin, mengklaim bahwa penerima akan "amat sangat terlindungi."
Dia juga menegaskan bahwa pemerintah tak akan melakukan pembatasan sosial (lockdown) ketat seperti yang pernah diberlakukan sebelumnya.
Di sisi lain, FDA menyetujui penggunaan dan peredaran obat besutan Pfizer untuk menekan tingkat keparahan infeksi Covid-19. Studi menunjukkan bahwa pil tersebut memiliki efektivitas hingga 89% untuk meringankan gejala Covid sehingga tak perlu mondok di rumah sakit.
Hal ini memberikan harapan bahwa penanganan pandemi bakal kian membaik sekalipun di negara yang tingkat vaksinasinya rendah. Jika penanganan pandemi membaik, maka harapan bahwa pandemi berakhir pun bakal kian besar, sehingga ekonomi segera berjalan normal.
Optimisme juga terlihat di masyarakat Amerika Serikat. Data yang dirilis kemarin menunjukkan oleh Conference Board menujukkan indeks keyakinan konsumen naik menjadi 115,8 di bulan ini, dari bulan sebelumnya 111,9.
Padahal Amerika Serikat sedang menghadapi serangan virus corona. Kenaikan sentimen konsumen tersebut menjadi indikasi perekonomian AS masih akan terus bereskpansi di 2022. Sebab, kenaikan tingkay keyakinan konsumen mernjadi indikasi peningkatan konsumsi yang merupakan tulang punggung perekonomian AS.
Meski kabar bagus datang dari AS, tetapi mata uangnya justru mengalami tekanan karena pelaku pasar mengalirkan investasinya ke aset-aset yang memberikan imbal hasil tinggi.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Omicron Lebih Jinak Ketimbang Delta
(pap/pap)