
Rupiah Makin Menjadi-jadi, Tembus Rp 14.200/US$!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah lagi-lagi menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (23/12). Sentimen pelaku pasar yang membaik terus mendongkrak kinerja rupiah yang sudah menguat 2 hari beruntun.
Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung melesat 0,6% ke Rp 14.200/US$, melansir data Refintiv. Penguatan tersebut kemudian terpangkas, rupiah netada di Rp 14.225/US$ atau menguat 0,42% pada pukul 10:12 WIB.
Kemarin indeks dolar AS merosot 0,38% ke 96,122 akibat sentimen pelaku pasar yang membaik. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sudah turun dalam 3 hari beruntun.
Dolar AS merupakan aset yang dianggap safe haven, sehingga ketika sentimen pelaku pasar membaik daya tariknya menurun.
Membaiknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam konferensi pers pada Selasa menyerukan warga AS mendapatkan suntikan penguat vaksin, mengklaim bahwa penerima akan "amat sangat terlindungi."
Dia juga menegaskan bahwa pemerintah tak akan melakukan pembatasan sosial (lockdown) ketat seperti yang pernah diberlakukan sebelumnya.
Di sisi lain, FDA menyetujui penggunaan dan peredaran obat besutan Pfizer untuk menekan tingkat keparahan infeksi Covid-19. Studi menunjukkan bahwa pil tersebut memiliki efektivitas hingga 89% untuk meringankan gejala Covid-19 sehingga tak perlu mondok di rumah sakit.
Hal ini memberikan harapan bahwa penanganan pandemi bakal kian membaik sekalipun di negara yang tingkat vaksinasinya rendah. Jika penanangan pandemi membaik, maka harapan bahwa pandemi berakhir pun bakal kian besar, sehingga ekonomi segera berjalan normal.
Selain itu, posisi spekulatif dolar AS menunjukkan beli bersih (net long) mengalami penurunan terhadap mata uang emerging market yang memiliki imbal hasil tinggi.
Padahal, bank sentral AS (The Fed) pada pekan lalu mengumumkan percepatan normalisasi kebijakan moneter. Suku bunga bahkan diproyeksikan naik 3 kali di tahun depan. Hal tersebut seharusnya bisa mendongkrak kinerja dolar AS, tetapi nyatanya malah mengalami tekanan di pekan ini.
Posisi spekulatif dolar AS yang tidak mengalami penambahan signifikan, dan penurunannya di pekan ini bisa menjadi sinyal dolar AS kemungkinan akan "dibuang".
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
