Batu Bara Reli 10 Hari, Saham Produsennya Naik Ramean
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham batu bara menguat di awal perdagangan hari ini, Selasa (21/12/2021), di tengah reli kenaikan kontrak berjangka (futures) batu bara selama 10 hari beruntun.
Berikut kenaikan saham batu bara hari ini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pukul 09.24 WIB.
Adaro Energy (ADRO), saham +3,90%, ke Rp 2.130/saham
Golden Energy Mines (GEMS), +2,63%, ke Rp 5.850/saham
United Tractors (UNTR), +2,35%, ke Rp 21.800/saham
Delta Dunia Makmur (DOID), +2,24%, ke Rp 274/saham
Indika Energy (INDY), +1,92%, ke Rp 1.590/saham
Indo Tambangraya Megah (ITMG), +1,62%, ke Rp 20.350/saham
Resource Alam Indonesia (KKGI), +1,52%, ke Rp 268/saham
Bumi Resources (BUMI), +1,49%, ke Rp 68/saham
Harum Energy (HRUM), +1,43%, ke Rp 10.650/saham
Bukit Asam (PTBA), +1,13%, ke Rp 2.680/saham
Mitrabara Adiperdana (MBAP), +1,12%, ke Rp 3.610/saham
TBS Energi Utama (TOBA), +0,81%, ke Rp 1.240/saham
ABM Investama (ABMM), +0,69%, ke Rp 1.465/saham
Perdana Karya Perkasa (PKPK), +0,61%, ke Rp 164/saham
Menurut data di atas, saham ADRO melesat 3,90% ke Rp 2.130/saham. Dengan ini, dalam sepekan saham ADRO melejit 10,94% dan dalam sebulan melambung 24,93%.
Di posisi kedua, saham GEMS terkerek naik 2,63% ke Rp 5.850/saham, melanjutkan kenaikan dalam 2 hari terakhir. Saham GEMS menguat 2,63% sepekan dan melonjak 37,97% dalam sebulan belakangan.
Setali tiga uang, saham UNTR dan INDY juga sama-sama naik 2,24% dan 1,92% pada pagi ini.
Harga batu bara sendiri belum berhenti naik. Kenaikan harga si batu hitam kini menjadi 10 hari perdagangan beruntun.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 183,15/ton. Naik 1,69% dari posisi akhir pekan lalu.
Kenaikan tersebut menggenapi tren positif harga batu bara menjadi 10 hari berturut-turut. Selama 10 hari itu, harga naik 26,66%.
Pemulihan ekonomi usai pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat permintaan batu bara menanjak. International Energy Agency (IEA) memperkirakan pembangkitan listrik dari batu bara tahun ini mencapai 10,35 Terawatt Hours (TWh), naik 9% dari 2020.
"Peningkatan permintaan melebihi pasokan yang mampu disediakan sumber energi rendah karbon," sebut laporan IEA.
Secara keseluruhan, permintaan batu bara naik 6% pada 2021. Ini memperhitungkan pembangkit listrik dan kebutuhan industri lainnya seperti semen. Jika tren ini berlanjut, maka permintaan batu bara bisa menembus rekor tertinggi sepanjang masa pada 2022.
"Sebetulnya, ini adalah sinyal yang mengkhawatirkan karena melenceng dari upaya menuju nol emisi," tegas Fatih Biroll, Direktur Eksekutif IEA, seperti dikutip dari Reuters.
China dan India menjadi negara dengan peningkatan permintaan batu bara tertinggi. Tahun ini, permintaan batu bara untuk pembangkit listrik di China diperkirakan naik 9% sedangkan India melesat 12%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)