2021 Tahunnya Batu Bara Dkk, 2022 Bagaimana?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
21 December 2021 10:10
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas mengungguli aset lain tahun ini karena pemulihan ekonomi mendorong permintaan. Sementara produksi masih tertekan sehingga terjadi kelangkaan pasokan. Pada tahun 2022, komoditas diperkirakan para analis akan tetap kompetitif karena pertumbuhan ekonomi dunia.

"Kami menyukai ekuitas dan komoditas dan kami memiliki pandangan yang berlebihan untuk keduanya pada tahun 2022. Sulit untuk mengatakan mana yang akan lebih baik," kata Koen Straetmans, ahli strategi multi-aset senior dengan NN Investment Partners di Belanda.

Indeks komoditas S&P Goldman Sachs Indeks (S&P GCSI) melonjak 35% year-to-date (ytd) tahun ini, mengalahkan indeks S&P 500 untuk pertama kalinya dalam satu dekade.

S&P 500 naik 23% ytd, indeks dolar tumbuh 7% ytd, dan obligasi treasuri AS tenor 10 tahun turun 3% ytd.

Kinerja Aset 2021Sumber: Refinitiv

Dalam indeks S&P S&P GCSI, kopi jadi jadi terdepan dengan kenaikan 83% ytd. Sementara itu, harga gas alam dan minyak mentah meroket masing-masing 43,3% dan 41,9% ytd.

Dari komoditas logam industri, aluminium jadi juara dengan pertumbuhan 38% sepanjang 2021. Kemudian disusul seng yang tumbuh 24,3% ytd.

Komponen logam energi hijau, tembaga dan nikel sepanjang tahun mampu tumbuh 21,9% dan 18,7% ytd.

Sementara itu logam mulia terpuruk tahun 2021 karena pemulihan ekonomi membuta aset lindung nilai kurang menarik. Selain itu tekanan dari The Fed dengan sentimen kenaikan suku bunga jadi ancaman logam mulia sepanjang tahun.

Emas dan perak tumbuh negatif pada tahun 2021. Harga emas turun 4,8% dalam setahun, sedangkan perak lebih parah dengan pertumbuhan minus 14,7%.

Dana yang diperdagangkan di bursa AS (ETF) dalam komoditas mencatatkan arus keluar bersih sebesar US$5,5 miliar tahun ini. Turun dari tahun lalu yang mencatatkan arus masuk sebesar US$41 miliar berdasarkan data Morgan Stanley.

ETF KomoditasSumber: Refinitiv

Permintaan komoditas global tahun 2022 masih kuat karena industri mengejar pemulihan persediaan di gudang. Akan tetapi, gangguan pengiriman diperkirakan mereda, sehingga pasokan bahan baku akan lebih lancar dan bisa menahan laju harga komoditas.

"Juga akan ada sejumlah hambatan makro, yang akan membatasi kenaikan lebih lanjut untuk kompleks komoditas," kata analis ING dalam sebuah laporan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dikeroyok Sentimen Negatif, Harga Minyak Mentah Ambruk!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular