
Tekanan Masih Besar, Tapi IHSG Bisa Curi Peluang ke 6.600

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Saham Gabungan (IHSG) merosot bersama bursa saham Asia lainnya pada perdagangan awal pekan kemarin. Penyebaran virus corona varian Omicron membuat sentimen pelaku pasar memburuk, yang membuat aset-aset berisiko rontok.
Sempat merosot lebih dari 1%, IHSG mampu memangkas penurunan dan berakhir di 6.547,112. Meski demikian, penurunannya masih cukup tajam 0,83%. Investor asing juga melakukan jual bersih senilai Rp 387 miliar, dengan nilai transaksi Rp 11,5 triliun saja.
Tekanan bagi IHSG cukup besar pada perdagangan Selasa (21/12), melihat bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) yang jeblok pada Senin waktu setempat. Indeks Dow Jonesm, S&P 500, dan Nasdaq semuanya merosot lebih dari 1%.
Namun di tengah tipisnya volume dan atau nilai transaksi, yang juga terjadi di bursa Indonesia, investor boleh bertaruh bahwa hari ini akan terjadi pembalikan arah secara teknis (technical rebound).
Bespoke Investment Group dalam laporan risetnya menyebutkan bahwa rerata pembalikan pada Selasa, setelah koreksi Senin sebesar 1%, adalah berkisar 0,9%. Hal ini terjadi dalam 309 hari perdagangan.
"Mentalitas pembelian di kala koreksi secara agresif telah terbukti menguntungkan dalam 1,5 tahun terakhir khususnya di saham yang harganya tumbuh tinggi, terhalangi oleh gelombang pembalikan stimulus yang kian menghilang," tutur Adam Crisafulli, pendiri Vital Knowledge, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Secara teknikal, peluang rebound IHSG terlihat dari grafik 1 jam di mana indikator Stochastic sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
![]() Foto: Refinitiv |
Selama bertahan di atas 6.525, IHSG berpeluang menguat menuju 6.600 hingga 6.610.
Meski demikian jika melihat grafik harian IHSG kini semakin jauh di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), di kisaran 6.600 hingga 6.610 yang sebelumnya merupakan support kuat.
MA 50 tersebut selalu menahan penurunan IHSG dalam 2 pekan terakhir. Ketika MA 50 ditembus dan tertahan di bawahnya, tekanan IHSG menjadi cukup besar.
![]() Foto: Refinitiv |
IHSG juga belum lepas dari tekanan pola Shooting Star pada Senin (13/12), yang membuat bursa kebanggaan Tanah Air jeblok sehari setelahnya.
Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari.
Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Support terdekat kini berada di kisaran 6.525. Penembusan ke bawah level tersebut akan membuat IHSG merosot ke 6.500.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000