Bursa Asia Longsor! Nikkei Ambruk 2% Lebih

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Senin, 20/12/2021 16:48 WIB
Foto: Bursa Hong Kong (AP Photo/Vincent Yu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia kembali ditutup berjatuhan pada perdagangan Senin (20/12/2021) awal pekan ini, karena investor kembali dikhawatirkan dengan potensi diberlakukannya kembali pengetatan kegiatan masyarakat di beberapa negara maju untuk menangani dampak pandemi virus corona (Covid-19).

Mayoritas bursa utama Asia pada hari ini terkoreksi hingga 1% lebih. Bahkan, indeks Nikkei Jepang terpantau ambruk hingga 2% lebih dan memimpin koreksi bursa Asia pada hari ini.

Indeks Nikkei ditutup ambruk 2,13% ke level 27.937,81, Hang Seng Hong Kong ambles 1,93% ke posisi 22.744,859, dan Shanghai Composite China ambrol 1,07% ke 3.593,60.


Sedangkan indeks Straits Times Singapura tergelincir 1,24% ke 3.072,97, KOSPI Korea Selatan drop 1,81% ke 2.963, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,83% ke 6.547,11.

Di tengah beberapa bank sentral negara maju yang mulai bersikap hawkish, bank sentral China (People Bank of China/PBoC) pada hari ini memangkas suku bunga pinjaman acuannya, dari sebelumnya sebesar 3,85% menjadi 3,8% untuk pinjaman acuan bertenor 1 tahun.

Namun untuk suku bunga pinjaman acuan bertenor 5 tahun tetap dipertahankan oleh PBoC di level 4,65%.

"Pemangkasan suku bunga pinjaman China sejatinya dapat membantu meningkatkan kembali optimisme pasar, tetapi mereka masih khawatir bahwa pertumbuhan ekonomi China masih akan melambat, sehingga negara perlu memangkas suku bunga," kata Ikuo Mitsui, manajer dana di Aizawa Securities, dikutip dari Reuters.

Koreksi parah yang melanda bursa saham utama Asia datang setelah Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizationa/WHO) baru-baru ini memperingatkan bahwa jumlah kasus Covid-19 berlipat ganda dalam 1,5 hingga 3 hari di negara yang sudah terjangkit varian Omicron.

Investor di Asia juga merespons negatif terkait potensi kembali diberlakukannya pembatasan sosial (lockdown) di beberapa negara, utamanya di Eropa yang secara mayoritas telah melakukan langkah-langkah darurat.

Di Belanda, pemerintah setempat telah memberlakukan kembali lockdown mulai Minggu kemarin hingga 14 Januari 2022.

Sementara di Inggris, Walikota London Sadiq Khan mengumumkan status "insiden besar" pada Minggu kemarin, menyusul lonjakan infeksi Covid-19 akibat varian Omicron. Dia pun mempertimbangkan untuk kembali memberlakukan lockdown.

"Jika tak memberlakukan pembatasan baru lebih cepat dan malah menunda-nunda, anda akan melihat lebih banyak kasus positif dan berpotensi membuat layanan publik seperti NHS [National Health Service] di jurang keambrukan, jika tidak ambruk saat itu juga," tuturnya kepada BBC, Minggu (19/12/2021).

Bukan hanya di Belanda dan Inggris, negara di Eropa lainnya seperti Prancis, Siprus, Irlandia, Denmark, dan Austria juga memperketat pembatasan kegiatan masyarakat. Di Prancis, pemerintah kota Paris pun membatalkan acara kembang api pada Malam Tahun Baru 2022, sedangkan Denmark telah menutup kembali teater, gedung konser, taman hiburan, dan museum.

Di Asia, pemerintah China juga berencana akan menerapkan kembali lockdown guna memperlambat penyebaran Covid-19 akibat varian Omicron. Hal ini akan dilakukan setelah kasus Covid-19 varian Omicron bertambah menjadi 3 orang. Adapun dua kasus baru varian Omicron di China terdeteksi di kota Changsha.

China adalah negara yang memiliki strategi nol kasus Covid-19 dengan langkah lockdown yang ketat. Jika ini terjadi, maka industri di Negeri Panda tersebut akan kembali tertekan dan mengaburkan pemulihan ekonomi negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"