Omicron Masih Jadi Penghadang, IHSG Bisa Merosot ke 6.525
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,77% sepanjang pekan lalu ke 6.601,932. Investor asing juga melakukan aksi jual senilai Rp 1,18 triliun di pasar reguler. Koreksi yang dialami IHSG terjadi setelah virus Omicron sudah masuk ke Indonesia.
Perkembangan kasus Omicron di dalam dan luar negeri akan mempengaruhi sentimen pelaku pasar yang berdampak pada pergerakan IHSG pada hari ini, Senin (20/12).
Di Indonesia kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) varian Omicron kini ada 3 orang, 1 orang pertama sudah dinyatakan negatif dan tidak bergejala sementara dua lainnya masih menjalani karantina.
Meski lebih mudah menyebar ketimbang varian lainnya, Omicron dikatakan tidak menimbulkan gejala yang berat. Hal ini semestinya menjadi sentimen positif karena menunjukkan bahwa tingginya transmisi Omicron tak lantas berpeluang memicu lumpuhnya layanan kesehatan dan memicu problem pandemi yang lebih besar.
Tetapi yang akan membebani sentimen investor adalah kebijakan pembatasan sosial yang bisa diterapkan jika kasus tersebut terus meningkat. Di Benua Biru sudah melakukan hal tersebut, Belanda akan melakukan lockdown selama periode Natal sampai dengan pertengahan Januari 2022 mendatang.
Dari Inggris, Wali Kota London Sadiq Khan bahkan mendeklarasikan "major incident" pada Sabtu (18/12/2021) untuk membantu rumah sakit mengatasi lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron.
Secara teknikal, IHSG kini tertahan di bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), di kisaran 6.600 hingga 6.610 yang menjadi support kuat. MA 50 tersebut selalu menahan penurunan IHSG dalam 2 pekan terakhir. Ketika MA 50 ditembus dan tertahan di bawahnya, tekanan IHSG menjadi cukup besar.
IHSG memang belum lepas dari tekanan pola Shooting Star pada Senin (13/12), yang membuat bursa kebanggaan Tanah Air jeblok sehari setelahnya.
Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari.
Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Selama tertahan di bawah MA 50, IHSG berisiko merosot ke 6.525 pada hari ini.
Meski demikian. IHSG berpeluang juga menguat melihat grafik 1 jam di mana indikator Stochastic sudah mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Jika mampu menembus ke atas MA 50 IHSG berpeluang naik ke 6.650, sebelum menuju 6.670.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)