
Kasus Omicron Bertambah Rupiah Makin Lemah? Semoga Tidak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mampu mencatat penguatan tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.365/US$ sepanjang pekan lalu. penguatan tersebut bisa lebih besar lagi seandainya sentimen pelaku pasar tidak memburuk akibat virus corona varian Omicron yang masuk ke Indonesia.
Perkembangan kasus Omicron tersebut akan mempengaruhi pergerakan rupiah di pekan ini. Hingga saat ini, kasus Omicron dilaporkan sebanyak 3 orang, tetapi tidak menutup kemungkinan akan meningkat sebab varian ini lebih mudah menular ketimbang yang lainnya.
Tidak hanya di dalam negeri, perkembangan kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) di luar negeri akan mempengaruhi pergerakan rupiah, sebab berdampak ke sentimen global.
Benua Biru yang menjadi perhatian utama, sebab kasusnya melonjak drastis. Dari Inggris, Wali Kota London Sadiq Khan bahkan mendeklarasikan "major incident" pada Sabtu (18/12/2021) untuk membantu rumah sakit mengatasi lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Omicron.
Khan dalam pernyataannya yang dikutip dari Channel News Asia, Minggu (19/12/2021) menyatakan akan mengambil langkah koordinasi yang lebih erat dengan stakeholder di pemerintahan untuk menekan kasus Omicron. Sebab, Omicron sangat cepat menyebar bahkan dalam 24 jam meningkat drastis.
"Jadi saya telah mengambil keputusan, dengan berkonsultasi dengan mitra kami, untuk menyatakan insiden besar (major incident) hari ini," kata dia.
"Ini adalah pernyataan betapa seriusnya hal-hal itu," imbuh Khan.
Sementara itu Belanda, memberlakukan kebijakan lockdown wilayah secara ketat selama periode Natal sampai dengan pertengahan Januari 2022 mendatang.
Meski demikian, di Afrika Selatan, negara asal Omicron, Menteri Kesehatan Joe Phaahla dalam konferensi pers pekan lalu mengatakan bahwa hanya 1,7% dari kasus teridentifikasi Covid-19 yang dirujuk di rumah sakit selama 2 pekan terakhir.
Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh varian Delta, di mana nyaris seperlima atau 19% dari penderitanya harus dirawat di rumah sakit karena tingkat keparahan gejala infeksi.
Hal ini semestinya menjadi sentimen positif karena menunjukkan bahwa tingginya transmisi Omicron tak lantas berpeluang memicu lumpuhnya layanan kesehatan dan memicu problem pandemi yang lebih besar.
Di Indonesia meski hanya beberapa kasus, pasien yang positif pertama juga tidak bergejala.
Di luar pengaruh Omicron, rupiah sebenarnya sedang kuat, terlihat dari pergerakannya pekan lalu ketika mampu menguat meski bank sentral AS (The Fed) mempercepat normalisasi kebijakan moneternya, dan memproyeksikan kenaikan suku bunga 3 kali di tahun depan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal
Secara teknikal, rupiah kini kembali ke atas rerata pergerakan 200 hari (Moving Average 200/ MA 200) di kisaran Rp 14.340/US$ hingga Rp 14.350/US$.
Rupiah juga menjauhi support kuat di kisaran Rp 14.330/US$ yang merupakan Neckline pola Inverse Head and Shoulders. Pola tersebut memberikan tekanan bagi rupiah, karena merupakan sinyal kenaikan suatu aset, dalam hal ini USD/IDR.
Puncak bawah Inverse Head and Shoulders berada di Rp 14.020/US$ sementara Neckline berada di kisaran Rp 14.330/US$. Artinya ada jarak sebesar 290 poin.
![]() Foto: Refinitiv |
Ketika Neckline ditembus (break out), maka rupiah berisiko melemah sebesar jarak tersebut. Artinya, selama rupiah tertahan di atas Rp 14.330/US$, ada risiko melemah 290 poin ke Rp 14.620/US$.
Rupiah bisa lepas dari pola ini dan berbalik menguat jika mampu kembali ke bawah Rp 14.330/US$, dan bertahan di bawahnya, dengan potensi penguatan ke Rp 14.270/US$ di pekan ini.
Peluang penguatan rupiah terbuka cukup lebar melihat indikator Stochastic yang belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Sementara itu resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.400/US$ jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.430/US$ hingga Rp 14.450/US$ pekan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
