Awas Minyak Ngamuk, Harga 'To The Moon' Tembus US$100

sef, CNBC Indonesia
18 December 2021 07:10
FILE PHOTO: Oil pours out of a spout from Edwin Drake's original 1859 well that launched the modern petroleum industry at the Drake Well Museum and Park in Titusville, Pennsylvania U.S., October 5, 2017. REUTERS/Brendan McDermid/File Photo
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto

Jakarta, CNBC Indonesia - Ramalan akan kenaikan harga minyak terus terjadi. Kali ini prediksi diberikan lembaga Goldman Sachs.

Lembaga itu memprediksi tingginya permintaan minyak di 2022 dan 2023. Harga US$ 100 per barel adalah sebuah kemungkinan.



Saat ini, permintaan minyak sudah mencapai rekor tertinggi meski Omicron membuat aktivitas dunia sedikit ter-rem. Mobilitas sudah terlihat di mana perjalanan udara diyakini akan pulih.

"Kita sudah memiliki rekor permintaan tinggi sebelum varian terbaru ini (Omicron), dan ada menambahkan permintaan jet yang lebih tinggi dan ekonomi global masih tumbuh," kata Courvalin dalam briefing prospek energi dengan wartawan Jumat (17/12/2021), dikutip CNBC International.

"Anda lihat, kita akan membuat rata-rata rekor permintaan baru pada tahun 2022, dan sekali lagi, pada tahun 2023."

Patokan internasional harga minyak mentah Brent dan minyak mentah Amerika Serikat (AS), telah melonjak di atas US$ 80 dalam beberapa bulan terakhir. Lonjakan harga gas alam Eropa di tengah pembukaan aktivitas pasca lockdown Covid-19 menjadi pemantik krisis energi dunia, yang membuat kebangkitan bahan bakar fossil.

Memang kemunculan Omicron meredam kenaikan dan mendorong harga kembali ke US$ 70 sepekan ini. Namun Courvalin mengharapkan pembatasan yang mengganggu perjalanan udara dilonggarkan.

"Perjalanan udara lambat untuk pulih, sebagian karena Asia," katanya.

"Kita harus menunggu gelombang ini berlalu tetapi itu menunjukkan bahwa perjalanan internasional harus pulih lebih lanjut tahun depan."

Di 2022, Courvalin mengatakan harga minyak mungkin akan mencapai US$ 85, dengan potensi kenaikan lagi US$5 hingga US$10 per barel. Tapi, bisa terdorong menembus harga US$ 100 karena dua hal.

Pertama, biaya naik karena perusahaan minyak meningkatkan produksi.Kemungkinan lainnya adalah jika pasokan minyak tidak dapat memenuhi permintaan karena ekonomi global makin dibuka dari pandemi.

"Ada inflasi, di tempat lain dalam perekonomian, dan akhirnya ada inflasi di layanan minyak," ujarnya.

OPEC+, yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, mengatakan akan bertemu lebih awal dari rencana pertemuan 4 Januari jika perubahan dalam prospek permintaan minyak memerlukan peninjauan. OPEC+ memiliki rencana untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Januari 2022.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awan Mendung Masih Menyelimuti Minyak, Hari Ini Turun 1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular