Omicron dan Kejutan Bank Sentral Inggris Buat Rupiah Terpuruk

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 17/12/2021 12:43 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Jumat (17/12). Virus corona Omicron yang sudah masih ke Indonesia memberikan masih memberikan tekanan bagi rupiah, selain itu kejutan dari bank sentral Inggris menambah tekanan rupiah.

Melansir data Refintiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,07% ke Rp 14.350/US$. Depresiasi rupiah kemudian bertambah hingga 0,31% ke Rp 14.385/US$. Pada pukul 12:00 WIB, posisi rupiah sedikit membaik, berada di Rp 14.380/US$ atau melemah 0,28% di pasar spot.

Di sisa perdagangan hari ini rupiah masih sulit untuk bangkit, terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah siang ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan.


PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.350,50Rp14.362,7
1 BulanRp14.383,00Rp14.393,8
2 BulanRp14.424,50Rp14.438,7
3 BulanRp14.472,00Rp14.483,0
6 BulanRp14.620,00Rp14.632,8
9 BulanRp14.768,00Rp14.775,1
1 TahunRp14.918,00Rp14.933,4
2 TahunRp15.431,00Rp15.553,2

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Kemarin rupiah sebenarnya juga menguat melawan dolar AS, tetapi langsung berbalik setelah virus corona Omicron dilaporkan sudah masuk ke Indonesia.

Omicron merupakan varian virus corona yang paling mudah menular dibandingkan varian lainnya. Meski dikatakan hanya menimbulkan gejala ringan, tetapi jika penyebarannya semakin meluas dikhawatirkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan kembali diperketat, dan membuat perekonomian kembali melambat.

Selain itu bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang menaikkan suku bunga Kamis kemarin juga memberikan tekanan secara tidak langsung ke rupiah. Hasil survei Reuters sebelumnya menunjukkan BoE akan mempertahankan suku bunganya, tetapi nyatanya suku bunga malah dinaikkan menjadi 0,25% dari rekor terendah 0,1%.

"Perkembangan ekonomi terbaru mengindikasikan kondisi yang sudah sesuai untuk menaikkan suku bunga. Pasar tenaga kerja yang ketat dan terus mengetat, serta adanya beberapa tanda kenaikan biaya serta tekanan harga yang persisten," tulis BoE yang dikutip CNBC International, Kamis (16/12).

Kebijakan tersebut bisa memberikan gambaran jika bank sentral negara maju, termasuk bank sentral AS (The Fed) bisa menaikkan suku bunga lebih cepat dari prediksi, yang memberikan tekanan ke rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS