
Duh! Bursa Asia Merah Merona, Ada Apa Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia dibuka terkoreksi pada perdagangan Jumat (17/12/2021), mengikuti koreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis kemarin waktu AS karena investor menilai keputusan kebijakan moneter dari tiga bank sentral utama di tiga negara maju.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,66%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,26%, Shanghai Composite China turun 0,18%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,48%.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura dibuka terpangkas 0,13%. Namun selang 30 menit setelah dibuka, indeks saham Negeri Singa tersebut menguat tipis 0,02%.
Investor di Asia, terutama di Jepang akan mencermati pengumuman kebijakan moneter bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) pada hari ini dan beberapa analis mengatakan bahwa BoJ kembali mempertahankan suku bunga acuannya.
Ekspektasi inflasi yang lemah menjadi salah satu kemungkinan alasan bahwa BoJ tidak akan mengikuti arah yang sama seperti bank sentral di Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya pada Kamis malam waktu Indonesia, bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) menaikkan suku bunga acuannya dari 0,1% menjadi 0,25%.
Hal ini juga menjadi kenaikan yang pertama di antara bank sentral negara maju sejak era pandemi di tengah lonjakan inflasi negara tersebut.
Pemicu perubahan kebijakan moneter menjadi ketat tersebut terjadi setelah inflasi Inggris per November menyentuh level tertinggi 10 tahun pada 5,1% atau lebih tinggi dari target BoE yang memperkirakan angka 2%, dan juga lebih tinggi dari posisi Oktober sebesar 4,2%.
Di sisi lain, ekonomi diperkirakan masih aman, dengan angka tenaga kerja di mana sebanyak 257.000 pekerja terserap di perekonomian Inggris per November.
Padahal sebelumnya, pasar (dalam polling Reuters) menduga bahwa suku bunga acuan akan ditahan di level 0,1% menyusul merebaknya kasus Omicron.
Meskipun BoE menaikan suku bunga acuannya, tetapi di bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) mengumumkan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 0%.
Tetapi, ECB sejalan dengan The Fed, di mana mereka akan memangkas pembelian obligasi dan mereka juga tetap berjanji untuk melanjutkan dukungan kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk ekonomi Zona Euro hingga tahun 2022.
Pembelian obligasi di bawah Program Pembelian Darurat Pandemi (PEPP) senilai 1,85 triliun euro (US$ 2,19 triliun) yang akan berakhir pada Maret 2022, akan dipotong pada kuartal berikutnya saat skema tersebut berakhir.
Namun, pembelian obligasi di bawah Program Pembelian Aset (APP), akan ditingkatkan untuk berfungsi sebagai jembatan pelonggaran kuantitatif hingga akhir PEPP, setelah berlanjut dengan kecepatan bulanan sebesar 20 miliar euro.
Keputusan dari BoE dan ECB tersebut cenderung mengikuti keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), di mana bank sentral paling powerful di dunia tersebut akan mempercepat pengurangan pembelian obligasi bulanannya atau tapering. Setelah itu, bank sentral dapat mulai menaikkan suku bunga acuannya.
Bursa Asia pada hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin, di mana tiga indeks utama di Wall Street terpantau kembali terkoreksi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup turun tipis 0,08% ke level 35.897,64, S&P 500 merosot 0,88% ke posisi 4.668,60, dan Nasdaq Composite ambruk 2,47% menjadi 15.180,43.
Investor cenderung merotasi pilihan investasinya dari saham teknologi dengan pertumbuhan yang tinggi ke sektor lainnya, seperti sektor konsumer kebutuhan pokok. Sehingga hal ini menyebabkan saham teknologi kembali berjatuhan dan indeks Nasdaq pun ditutup ambruk.
Tetapi, koreksi Dow Jones dapat diredam berkat kenaikan saham perbankan di AS pada perdagangan kemarin.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!
