Sederet Alasan Ini Bikin BI Tahan Suku Bunga Acuan (Lagi)

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
16 December 2021 16:01
Gubernur BI Perry Warjiyo Saat Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Desember 2021. (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur BI Perry Warjiyo Saat Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Desember 2021. (Tangkapan Layar via Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5%, suku bunga deposit facility sebesar 2,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 4,25%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, keputusan tersebut sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut," jelas Perry dalam konferensi pers, Kamis (16/12/2021).

Bank Indonesia juga kata Perry akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan.

Serta meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan.

Lagi pula, kata Perry meskipun Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (the Fed) memberikan sinyal, kenaikan suku bunga acuan dimulai tahun depan seiring dengan lonjakan inflasi, tak membuat BI juga lantas menaikan suku bung acuannya.

Pasalnya, BI akan melihat secara keseluruhan ekonomi domestik dan global secara cermat dan hati-hati. Sehingga dipastikan BI-7DRR akan meningkat secara bertahap.

"Akan menaikkan bertahap dan akan sangat ditentukan bagaimana perkiraan dari inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada 2022, 2023, dan 2024," jelas Perry.

BI memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sesuai proyeksi sekitar 5,7% pada 2021 dan 4,4% pada 2022. Kemudian Proses pemulihan ekonomi domestik diprakirakan terus berlanjut dan akan meningkat lebih tinggi pada 2022.

Pada 2022, perbaikan ekonomi terutama didukung konsumsi swasta yang meningkat, dan kinerja ekspor serta belanja fiskal Pemerintah yang tetap terjaga.

Hal tersebut sejalan dengan mobilitas yang terus meningkat, pembukaan ekonomi yang semakin luas, serta stimulus kebijakan yang berlanjut.

"Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2021 berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia yaitu 3,2-4,0%. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan ekonomi domestik 2022 tumbuh lebih tinggi menjadi 4,7-5,5%," jela Perry.

Adapun inflasi diprakirakan berada di bawah batas bawah kisaran sasarannya 3,0±1% pada 2021 dan terjaga dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022.


(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Penyebab Ramainya Asing Serbu RI di Awal Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular