
IHSG Sukses Rebound, 6 Saham Ini Malah Kena ARB

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat kembali, sebanyak 6 saham dengan nilai transaksi ramai tercatat ambles hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7% pada penutupan perdagangan Rabu (15/12/2021).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup menguat 0,16% ke level 6.626,26 hari ini. Data perdagangan mencatat sebanyak 237 saham menguat, 284 melemah dan 153 stagnan.
Nilai transaksi mencapai Rp 12,85 triliun dan asing melakukan beli bersih alias net buy di pasar reguler sebesar Rp 179 miliar.
Berikut 6 saham yang menyentuh ARB hari ini (15/12).
Bank Victoria International (BVIC), saham -6,98%, ke Rp 240/saham, nilai transaksi Rp 98,8 M
Limas Indonesia Makmur (LMAS), -6,83%, ke Rp 150/saham, nilai transaksi Rp 7,85 M
Djasa Ubersakti (PTDU), -6,73%, ke Rp 194/saham, nilai transaksi Rp 18,6 M
Supra Boga Lestari (RANC), -6,69%, ke Rp 2.230/saham, nilai transaksi Rp 1,41 M
Bank QNB Indonesia (BKSW), -6,56%, ke Rp 228/saham, nilai transaksi Rp 24,6 M
Agro Yasa Lestari (AYLS), -6,55%, ke Rp 314/saham, nilai transaksi Rp 163,3 M
Saham bank BVIC menjadi yang paling anjlok, yakni mencapai 6,98%, setelah kemarin ditutup stagnan. Sebelum ini, saham BVIC membukukan reli kenaikan selama 6 hari beruntun.
Dengan ini, dalam sepekan saham BVIC masih melesat 17,65%, sedangkan dalam sebulan melejit 26,98%.
Bank Victoria sendiri sedang dalam proses penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD/private placement) dengan menerbitkan 948.979.590 (948,98 juta) saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 196/saham. Dana yang akan dikumpulkan Bank Victoria dalam private placement tersebut mencapai Rp 185,99 miliar.
Aksi korporasi tersebut dilakukan demi memenuhi ketentuan modal minimum Rp 2 triliun berdasarkan POJK No. 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Di posisi kedua, saham LMAS juga merosot 6,83%, usai mengalami lonjakan signifikan selama 6 hari beruntun. Saham LMAS melesat 68,54% dalam sepekan dan melambung 78,57%.
Setali tiga uang, saham PTDU dan RANC juga sama-sama tergerus 6,73% dan 6,69% hari ini.
Kendati secara global sentimen masih negatif tetapi rilis data neraca dagang yang tetap surplus besar menjadi salah satu katalis positif untuk harga saham domestik.
Semalam AS melaporkan Indeks Harga Produsen (IHP) naik 9,6% year on year (yoy), lebih tinggi dari estimasi konsensus.
Kenaikan harga dan inflasi ini membuat pasar bertaruh bahwa the Fed akan segera mengetatkan kebijakan moneternya.
Selain itu proses tapering juga diramal bakal lebih cepat dari yang tadinya hanya dikurangi US$ 15 miliar sekarang dikurangi menjadi US$ 15 miliar.
Dari dalam negeri, BPS melaporkan ekspor Indonesia naik hampir 49% year on year (yoy) sedangkan impor naik hampir 60% yoy. Di tengah kenaikan impor ke level tertinggi sepanjang sejarah, neraca dagang masih surplus sebesar US$ 3,51 miliar pada November 2021.
Tren surplus neraca dagang yang masih berlanjut seharusnya bisa menjadi bensin untuk rupiah menguat atau setidaknya stabil. Stabilitas nilai tukar merupakan kunci penting dari investor terutama asing.
Dengan rupiah yang stabil, investor asing menjadi lebih tertarik pada aset-aset keuangan RI sehingga dapat memicu inflow yang mendorong kenaikan harga aset seperti saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gak Tanggung-tanggung! 18 Saham Kena ARB Saat IHSG Merah