The Fed Tak Picu Gejolak, IHSG Bisa Tembus 6.700?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Kamis, 16/12/2021 07:24 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,16% ke Rp 6.626,257 Rabu kemarin, sehari sebelum pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang paling dinanti di pekan ini.

IHSG mendapat sentimen positif dari rilis data neraca dagang yang mencetak surplus 19 bulan beruntun.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono kemarin mengungkapkan nilai impor Indonesia bulan lalu adalah US$ 19,33 miliar. Tumbuh 18,62% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) dan 52,62% dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).


Kemudian nilai ekspor Indonesia bulan lalu sebesar US$ 22,84 miliar. Naik 3,69% dibandingkan Oktober 2021 (mtm) dan 49,7% dari November 2020 (yoy).

Nilai ekspor US$ 22,84 miliar adalah yang tertinggi sepanjang masa. Rekor sebelumnya tercipta pada Oktober 2021 yakni US$ 22,03 miliar.

Dengan demikian, Indonesia menikmati surplus neraca perdagangan US$ 3,51 miliar.

Sementara itu, pengumuman kebijakan moneter The Fed Kamis (16/12) dini hari tadi direspon positif oleh pelaku pasa yang bisa membuat IHSG melesat pada hari ini.


Bursa saham AS (Wall Street) melesat yang menandakan sentimen pelaku pasar cukup bagus. Indeks Dow Jones menguat 1,08%, kemudian S&P 500 1,63%, dan Nasdaq melesat 2,15%.

Pengumuman kebijakan moneter The Fed dini hari tadi, sesuai prediksi pelaku pasar global, sehingga tidak memicu gejolak.

Tapering atau pengurangan nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) diperbesar menjadi US$ 30 miliar setiap bulannya dari saat ini US$ 15 miliar.

Percepataan tapering tersebut persis dengan prediksi pelaku pasar, sehingga tidak ada kejutan.

Kemudian untuk suku bunga, dilihat dari Dot Plot anggota Federal Open Market Committee (FOMC), akan ada tiga kali kenaikan suku bunga di tahun depan. Lagi-lagi sesuai dengan perkiraan pelaku pasar, yang tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group.

Secara teknikal, meski IHSG menguat tipis kemarin, tetapi belum lepas dari tekanan pola Shooting Star pada Senin (13/12), yang membuat bursa kebanggaan Tanah Air jeblok sehari setelahnya.

Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari.

Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.

Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Penurunan IHSG lagi-lagi tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), di kisaran 6.590 hingga 6.600 yang menjadi support kuat. MA 50 tersebut selalu menahan penurunan IHSG sejak pekan lalu.

Jika pada hari ini ditembus, maka IHSG berisiko merosot ke 6.525.

Tekanan bagi IHSG juga cukup kuat melihat grafik 1 jam di mana indikator Stochastic bergerak turun dan belum mencapai wilayah jenuh jual (oversold).

Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Meski demikian, bukan berarti IHSG tidak punya peluang menguat. Selama bertahan di atas MA 50 yang merupakan support kuat, IHSG berpeluang naik ke 6.650. sebelum menuju 6.670 hingga 6.700.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"