Outlook 2022

BlackRock: Bank Sentral akan 'Berdamai' dengan Inflasi Tinggi

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Selasa, 14/12/2021 17:15 WIB
Foto: Gubernur bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve, Jerome Powell (REUTERS/Leah Millis)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan investasi dengan aset kelolaan US$ 9,45 triliun mengatakan dalam laporannya bahwa bank-bank sentral utama dunia akan beroperasi dengan lebih banyak inflasi daripada yang mereka alami di masa lalu, menunjukkan reaksi kebijakan yang jauh lebih tenang.

"Kami berharap bank sentral lebih toleran terhadap inflasi yang lebih tinggi," tulis BlackRock dalam laporannya yang bertajuk 2022 Global Outlook.

Mereka menambahkan bahwa alasan mengapa mereka mengharapkan bank sentral akan lebih toleran adalah terkait kondisi saat ini. BlackRock mengungkapkan bahwa jika bank sentral masih menggunakan aturan lama, seharusnya suku bunga telah dinaikkan mulai dari sekarang dan tidak menunggu tahun depan.


Inflasi melonjak pada tahun 2021 di berbagai kawasan dunia karena ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan. BlackRock menilai inflasi di tahun-tahun mendatang akan tetap berada di level yang lebih tinggi dari sebelum pandemi Covid.

Akhir pekan lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan indeks harga konsumen-yang mengukur besaran yang dibayarkan konsumen untuk barang dan jasa-naik 6,8% pada November dari bulan yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut adalah laju tercepat sejak 1982, selain itu kenaikan tersebut merupakan yang keenam bulan berturut-turut di mana inflasi mencapai 5%.

Meski demikian perusahaan investasi itu tetap percaya dan memperkirakan The Fed akan memulai kenaikan suku bunga pada tahun 2022 tetapi tidak bereaksi agresif terhadap inflasi.

"Kami mengamati bagaimana The Fed menafsirkan tujuan ketenagakerjaannya yang 'luas dan inklusif' untuk memandu kapan dan seberapa cepat tingkat kebijakan naik," tulis BlackRock

"Mandat The Fed berarti ingin melihat kemajuan lebih lanjut tentang kembalinya orang ke angkatan kerja - dan kami berharap kenaikan suku bunga akan bertahap."

BlackRock melihat tingkat suku bunga akan mengalami kenaikan seiring dihapusnya beberapa stimulus yang diberikan selama tahun 2020 karena pasar tenaga kerja telah pulih kembali mendekati kondisi sebelum pandemi.

Bank sentral Eropa (ECB) memiliki situasi yang berbeda. Menurut BackRock, ECB masih ingin agar inflasi menetap di angka 2% daripada gagal seperti selama bertahun-tahun. Proyeksi inflasi jangka menengah ECB kemungkinan akan berada di bawah target 2%. Itu menunjukkan stimulus kebijakan yang sedang berlangsung.

"Kami tidak melihat ECB menaikkan suku bunga untuk beberapa tahun lagi dan berpikir itu kemungkinan akan meningkatkan pembelian aset regulernya karena program pandemi khusus akan berakhir tahun depan," tulis laporan tersebut.

Selain itu, BlackRock juga mencatat bahwa perubahan iklim merupakan bagian dari cerita inflasi. Transisi yang mulus ke nol bersih (net zero) akan menghasilkan inflasi paling sedikit dibandingkan dengan transisi yang tidak teratur atau malah melakukan bisnis seperti biasa. BlackRock juga menyebutkan bahwa perubahan iklim akan memberikan guncangan pasokan yang terjadi selama beberapa dekade.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Racikan Investasi MI Saat The Fed "Ngerem" Pangkas Bunga Acuan