Dirundung Berbagai Sentimen Negatif, IHSG Ambruk Tak Berdaya

Putra, CNBC Indonesia
Selasa, 14/12/2021 15:34 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,71% ke level 6.615,64 pada Selasa (14/12/2021).

Saat indeks melemah, 171 saham naik, 353 melemah dan 153 stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp 11,32 triliun. Asing pun net sell di pasar reguler sebesar Rp 210 miliar.

Saham yang paling banyak dilepas asing adalah saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell masing-masing Rp 68 miliar dan Rp 54 miliar.


Sementara itu saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menjadi saham yang paling banyak dikoleksi asing dengan net buy masing-masing sebesar Rp 66 miliar dan Rp 31 miliar.

Sejatinya IHSG sudah menguat dalam enam hari terakhir, sehingga wajar jika indeks mengalami koreksi seiring dengan adanya peluang profit taking.

Sentimen tak sedap datang dari perkembangan baru varian Omicron. Di Inggris varian Omicron dilaporkan telah merenggut nyawa satu orang pasien. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

"Sayangnya ya, Omicron menyebabkan rawat inap dan sayangnya lagi ada satu pasien telah dipastikan meninggal akibat terinfeksi Omicron," kata Johnson kepada wartawan dalam kunjungan ke klinik vaksinasi dekat Paddington, London, menurut Sky News.

Selain itu dari China, pemerintah setempat melaporkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di negaranya pada Senin kemarin, seperti yang dilaporkan oleh Reuters dan media lokal setempat.

Infeksi Omicron pertama di Negeri Panda tersebut terindikasi dari imported case yakni dari wisatawan asing yang tiba di kota Tianjin dari luar negeri pada 9 Desember lalu. Saat ini, pasien tersebut sedang dirawat dan diisolasi di rumah sakit setempat.

Sementara itu, pasar saham Asia cenderung mengikuti pergerakan bursa saham AS, Wall Street yang ditutup berbalik arah ke zona merah pada perdagangan Senin kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup terkoreksi 0,89% ke level 35.650,949, S&P 500 merosot 0,91% ke posisi 4.669,14, dan Nasdaq Composite ambles 1,39% menjadi 15.413,28.

Koreksi terjadi setelah saham maskapai AS terpantau berjatuhan, setelah AS mencatatkan 800.000 orang tewas akibat Covid-19 pada Minggu (12/12/2021) lalu. Saham Boeing anjlok 3,7%, American Airlines drop 4,9%, dan Delta Air Lines terbanting 3,4%.

Di lain sisi, investor juga masih mencerna dari data inflasi utama yang kembali memanas. Inflasi Negeri Paman Sam dari sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada periode November 2021 yang dirilis Jumat (10/12/2021) pekan lalu melonjak menjadi 6,8% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Melonjaknya IHK AS pada bulan lalu merupakan lonjakan terbesar sejak 1982 silam. Angka tersebut juga sedikit lebih tinggi dari perkiraan ekonom dalam polling Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 6,7%.

Investor cenderung masih menahan selera risikonya pada hari ini, jelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang dilaksanakan selama dua hari, yakni dari Selasa (14/12/2021) hari ini hingga Rabu (15/12/2021) waktu AS.

Dalam rapat FOMC kali ini, para pembuat kebijakan diperkirakan akan membahas percepatan dari program pengurangan pembelian obligasi atau tapering.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"