Merosot 1% Lebih, Kurs Dolar Australia ke Bawah Rp 10.200
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia kembali melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa, melanjutkan penurunan awal pekan kemarin. Dolar Australia masih tertekan akibat kemungkinan melebarnya yield obligasi antara Australia dan Indonesia.
Pada pukul 14:03 WIB, AU$ 1 setara Rp 10.190, dolar Australia turun 0,32% di pasar spot, melansir data Refiitiv. Kemarin, mata uang Negeri Kanguru ini jeblok hingga 0,8%, artinya dalam dua hari sudah merosot 1% lebih.
Pada pekan lalu, dolar Australia sukses menguat lebih dari 2% setelah sempat nyaris menembus ke bawah Rp 10.000/AU$.
Sebelum penguatan tersebut, dolar Australia mengalami tekanan sejak awal November akibat bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) yang menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga hingga 2024.
Tetapi pada pekan lalu, RBA membuka peluang kenaikan lebih awal yang membuat dolar Australia menguat.
"Anggota dewan tidak akan menaikkan suku bunga hingga inflasi aktual berada dalam target 2% hingga 3%," kata gubernur RBA Philip Lowe sebagaimana dilansir abc.net.au, Selasa (7/12).
Lowe yang tidak lagi menyebutkan "suku bunga tidak akan dinaikkan sebelum 2024" tetapi mengatakan "anggota dewan tidak akan menaikkan suku bunga hingga inflasi aktual berada dalam target 2% hingga 3%", dijadikan sinyal jika suku bunga bisa naik lebih cepat yang membuat dolar Australia melesat.
Untuk saat ini, pasar melihat suku bunga akan dinaikkan di 2023. Survei tersebut dilakukan Reuters pada 29 November hingga 2 Desember, dengan 35 ekonom.
Tidak hanya sekali, RBA juga diprediksi akan agresif menaikkan suku bunga. Kenaikan berikutnya diperkirakan terjadi di kuartal II-2023, sebesar 25 basis poin (0,25%) sehingga menjadi 0,5%, dan selanjutnya di penghujung 2023 dinaikkan lagi sebesar 25 basis poin.
Meski demikian, RBA masih akan lebih telat menaikkan suku bunga ketimbang Bank Indonesia (BI). BI diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada tahun depan, sehingga selisih yield bisa semakin melebar yang menguntungkan bagi rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)