Tertahan di Zona Merah, Rupiah Masih Punya Peluang Menguat!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 14/12/2021 13:01 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tertahan di zona merah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (14/12) setelah sempat menguat di awal perdagangan. Bank sentral AS (The Fed) yang kurang dari 24 jam lagi akan mengumumkan kebijakan moneternya membuat pelaku pasar berhati-hati.

Begitu perdagangan dibuka, rupiah menguat 0,1% ke Rp 14.325/US$, tidak lama rupiah langsung berbalik melemah 0,07% ke Rp 14.350/US$. Pada pukul 13:00 WIB, rupiah masih melemah 0,03% di Rp 14.345/US$.

Pelaku pasar menanti kepastian seberapa agresif The Fed akan menormalisasi kebijakan moneternya.


Tingginya inflasi serta perekonomian yang kuat membuat The Fed mempertimbangkan untuk mempercepat tapering atau nilai program pembelian aset (quantitative easing/QE) yang saat ini senilai US$ 15 miliar setiap bulan.

Nilai QE bank sentral paling powerful di dunia ini sebesar US$ 120 miliar, dan tapering sudah mulai dilakukan pada November lalu. Artinya, hingga QE menjadi nol diperlukan waktu selama 8 bulan.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan, sehingga QE akan menjadi nol dalam waktu 4 sampai 5 bulan.
Setelah QE selesai, maka langkah selanjutnya adanya menaikkan suku bunga.

Survei yang dilakukan Reuters menunjukkan mayoritas ekonom memperkirakan suku bunga akan dinaikkan pada kuartal III-2022, tetapi ada beberapa yang melihat kenaikan di kuartal I-2022 yang artinya dalam 3 bulan ke depan.

Survei tersebut dilakukan pada 3 sampai 8 Desember, dan menunjukkan The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5% di kuartal III-2022. Kemudian, akan ada 3 kali kenaikan lagi, yakni di kuartal IV-2022, serta kuartal I dan II-2023.

Suku bunga The Fed (Fed Funds Rate/FFR) akan berada di 1,25% - 1,5% pada akhir 2023.

Skenario kenaikan suku bunga dua hingga tiga kali di tahun depan sebenarnya sudah diantisipasi oleh pelaku pasar, sehingga kemungkinan terjadi gejolak di pasar finansial global akan kecil.

Tetapi, ceritanya tentu akan berbeda jika The Fed menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Hasil survei Reuters menunjukkan sebanyak 16 orang ekonom melihat kenaikan suku bunga pertama akan dilakukan pada kuartal II-2022, sementara 5 ekonom memperkirakan kenaikan di kuartal I-2022.

Sebagai perbandingan, survei yang sama dilakukan satu bulan sebelumnya menunjukkan hanya 5 ekonom yang melihat suku bunga dinaikkan di kuartal II-2022, dan satu orang saja yang melihat kenaikan sekitar Januari - Maret 2022.

Di sisa perdagangan hari ini, rupiah berpeluang memangkas pelemahan bahkan kembali menguat melihat pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) siang ini yang tidak berbeda jauh dengan beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan hari ini.

PeriodeKurs Pukul 8:54 WIBKurs Pukul 11:54 WIB
1 PekanRp14.324,50Rp14.329,6
1 BulanRp14.365,00Rp14.358,0
2 BulanRp14.406,50Rp14.402,0
3 BulanRp14.455,50Rp14.448,0
6 BulanRp14.576,00Rp14.593,0
9 BulanRp14.721,00Rp14.737,0
1 TahunRp14.905,00Rp14.901,0
2 TahunRp15.511,10Rp15.505,4

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS