IHSG Sudah Melesat 6 Hari Beruntun, Awas Nyungsep!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 14/12/2021 07:08 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan tipis 0,15% ke 6.662,871 Senin kemarin. Dengan demikian, IHSG sudah membukukan penguatan 6 hari berturut-turut. Total penguatan selama periode tersebut nyaris 2%, sehingga ada risiko terkoreksi pada perdagangan Selasa (14/12).

Apalagi jika melihat bursa saham Amerika Serikat (AS) yang merosot awal pekan kemarin. Indeks Nasdaq merosot 1,4%, disusul S&P 500 dan Dow Jones masing-masing 0,9%.
Pelaku pasar saat ini menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia, untuk mencari kepastian seberapa agresif normalisasi kebijakan moneter akan dilakukan.

Sebelum pengumuman tersebut, pergerakan bursa saham AS masih akan naik turun, dan tentunya berdampak ke bursa saham lainnya, termasuk IHSG.


Secara teknikal, IHSG kemarin sukses menguat tetapi di akhir perdagangan masih tertahan di bawah di 6.670. Jika level tersebut dilewati, IHSG berpeluang ke level psikologis 6.700.

Namun, tekanan bagi IHSG cukup besar sebab muncul pola Shooting Star lagi.

Grafik: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Pola tersebut sebelumnya muncul pada Kamis (25/11), setelahnya IHSG merosot selama beberapa hari. Pola Shooting Star merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.

Penurunan IHSG selalu tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), sebelum akhirnya rebound.

MA 50 kini berada di kisaran 6.590 yang menjadi support kuat jika IHSG kembali terkoreksi dan menembus ke bawah 6.630.

Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Risiko terjadinya koreksi terlihat dari grafik 1 jam dimana indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"