Saingi RI, Vietnam Bangun Pabrik Baterai & Ekspansi Ke AS

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Senin, 13/12/2021 13:30 WIB
Foto: VinFast LUX SA2.0. (Getty Images For VinFast/Thierry Chesnot)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konglomerat terbesar Vietnam Vingroup mengatakan pada hari Minggu (12/12) bahwa mereka telah mulai membangun pabrik sel baterai senilai US$ 174 juta atau setara dengan Rp 2,49 triliun (kurs Rp 14.350/US$) untuk bisnis kendaraan listrik VinFast sehingga perusahaan dapat memiliki rantai pasokan baterainya.

VinFast menjadi produsen mobil domestik pertama yang sepenuhnya dikembangkan di negara itu ketika model bertenaga bensin yang dirakit sendiri berhasil diluncurkan pada tahun 2019.

Perusahan bertaruh pada pasar AS, di mana SUV listrik dan model penyewaan baterai diharapkan untuk memulai debutnya tahun depan.


Pabrik baterai, proyek baterai EV pertama Vietnam terletak di provinsi tengah Ha Tinh, di atas lahan seluas 8 hektar.

Dilansir Reuters, pada bulan Oktober, otoritas lokal Ha Tinh mengatakan kawasan pabrik tersebut diharapkan menjadi investasi US$ 387 juta dan di atas lahan seluas 12,6 hektar.

"Ini adalah fokus dari strategi lokalisasi pasokan VinFast," kata Thai Thi Thanh Hai, wakil ketua Vingroup dan wakil ketua dewan VinFast.

"Strategi ini memungkinkan kami untuk memiliki rantai pasokan baterai dan suku cadang kami."

Perusahaan mengatakan akan memproduksi 100.000 paket baterai per tahun pada tahap pertama dan kemudian meningkatkan kapasitasnya menjadi satu juta.

Meski demikian, perusahaan tidak merinci kerangka waktu proyek secara gamblang tetapi berdasarkan laporan Oktober, proyek akan berjalan dengan kapasitas penuh mulai tahun 2025.

Kepada Reuters, VinFast mengatakan bekerja dengan berbagai mitra untuk baterai, termasuk StoreDot, Gotion High-Tech dan ProLogium dan juga berfokus pada R&D internal dan membangun fasilitas penelitian untuk mengembangkan teknologi baterai dan pengisian daya.

Pekan lalu, Vingroup mengatakan sedang menargetkan untuk dapat melakukan pencatatan di Amerika Serikat pada paruh kedua tahun depan mengincar valuasi US$ 60 miliar dengan harapan untuk mengumpulkan setidaknya US$ 3 miliar.

Dalam pernyataan beberpa pekan lalu, Vingroup mengatakan telah mendirikan perusahaan induk yang berbasis di Singapura yang memiliki saham dalam operasi Vinfast di Vietnam untuk membatu proses IPO.

Perkembangan Perusahaan Baterai Indonesia

Dari dalam negeri, Indonesia Battery Corporation (IBC) menyatakan sudah menyiapkan berbagai tahapan untuk memproduksi massal EV pada 2025. Mulai tahap penambangan (mining) hingga prasarana untuk daur ulang (recycle) baterai diprediksi siap pakai pada 2025.

Toto Nugroho, Direktur Utama Indonesia Battery Corporation dalam webinar bulan lalu (17/11) mengatakan pada 2026 mendatang RI bercita-cita bisa menguasai pasar baterai kendaraan listrik Asia Tenggara (ASEAN).

Lebih lanjut dia mengatakan, puncak dari permintaan kendaraan listrik Indonesia akan terjadi pada 2035 mendatang. Di tahun tersebut permintaan baterai EV diperkirakan bisa mencapai 59 Giga Watt hour (GWh).

Konsorsium empat perusahaan BUMN (MIND ID, PLN, Pertamina dan Aneka Tambang) tersebut menyatakan, pada tahap awal, membutuhkan waktu 4-5 tahun untuk memproduksi EV. Dalam tahapan itu, IBC juga melakukan kajian dan membangun smelter, membuat Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dan High Pressure Acid Leaching (HPAL), hingga menyiapkan pabrik daur ulang.

Seluruh proses itu ditargetkan akan selesai pada 2025. Sementara menunggu proses tersebut rampung IBC juga berupaya meningkatkan daya jual EV di masyarakat, serta mengoptimalkan pasar motor listrik karya anak bangsa, Gesits.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Mau Turunkan Harga Mobil, Saham BYD Malah Anjlok