Rupiah Menguat Tajam di Awal Perdagangan, Tak Takut The Fed?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 December 2021 09:24
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Senin (13/12). Padahal, ada bank sentral AS (The Fed) yang akan mengumumkan kebijakan moneter di pekan ini.

Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan menguat 0,21% ke Rp 14.340/US$. Apresiasi rupiah terpangkas menjadi 0,14% dan berada di Rp 14.350/US$ pada pukul 10:17 WIB.

The Fed akan mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (16/12) dini hari waktu Indonesia. The Fed diperkirakan akan mengumumkan percepatan tapering, dan pasar juga melihat sinyal seberapa agresif suku bunga akan dinaikkan di tahun depan.

The Fed diperkirakan akan meningkatkan tapering hingga menjadi US$ 30 miliar per bulan dari sebelumnya US$ 15 miliar, sehingga program pembelian aset (quantitative easing/QE) akan menjadi nol atau selesai dalam waktu 4 sampai 5 bulan.

Selain itu, pasar juga melihat suku bunga kemungkinan dinaikkan dua hingga 3 kali di tahun depan.

Percepatan normalisasi kebijakan The Fed dilakukan guna meredam inflasi yang kini berada di level tertinggi dalam nyaris 4 dekade terakhir.

Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat pekan lalu melaporkan inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di bulan November tumbuh 6,8% year-on-year (yoy) menjadi yang tertinggi sejak 1982.

Hal tersebut seharusnya membuat dolar AS menguat, sebab hampir memastikan percepatan normalisasi kebijakan The Fed. Tetapi nyatanya indeks dolar AS malah melemah 0,18% Jumat lalu.

"Melihat data inflasi, banyak yang khawatir akan lebih tinggi lagi. Melihat bagaimana dolar AS bergerak, ada kelegaan inflasi tidak setinggi yang dibayangkan," kata Mazen Issa, ahli strategi mata uang senior di TD Securities sebagaimana dilansir Reuters, Jumat 10/12).

Issa juga mengatakan pasar saat ini sudah price in atau menakar kenaikan suku bunga The Fed yang membuat dolar AS malah mengalami koreksi. Sebab infasi tidak setinggi perkiraan dan The Fed kemungkinan tidak akan agresif dalam menaikkan suku bunga.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular