
Begini Siasat PTBA Ubah Batu Bara Jadi DME

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pertambangan batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyebutkan penggunaan batu bara kalori rendah untuk proyek hilirisasi batu bara coal to DME (Dimetil eter) membutuhkan harga khusus. Terdapat beberapa kriteria untuk menentukan harga tersebut.
Direktur Utama Bukti Asam Suryo Eko Hadianto mengatakan salah satu pertimbangan dalam menentukan harga untuk proyek tersebut adalah tidak merugikan perusahaan. Perusahaan harus mendapatkan keuntungan dari proyek ini.
"Harga batu bara ke depannya bagi PTBA kita harus tahu persis bahwa salah satu mandatnya melakukan hilirisasi dan untuk program DME ini pakai low calorie sehingga memang menyesuaian penentuan harga batu bara," kata Suryo dalam konferensi pers, Jumat (10/12/2021).
Selain pertimbangan harus menguntungkan, bisnis ini juga harus memberikan peluang bagi perusahaan untuk masuk kepada portofolio bisnis baru, yakni memiliki pendapatan baru dari penjualan DME tersebut. Sebab perusahaan terlibat dari proses gasifikasi tersebut.
Untuk diketahui, pengembangan hilirisasi batu bara ini telah masuk dalam proyek strategis nasional dan menjadi salah satu fokus utama Bukit Asam dalam mentransformasi bisnisnya menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan.
Perusahaan akan merealisasikan proyek coal to DME (Dimetil eter). Proyek ini akan kerjasama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Products & Chemicals Inc (APCI), dari Amerika Serikat.
Terdapat dua proyek hilirisasi ini dan telah masuk dalam proyek strategis nasional (PSN), yakni Hilirisasi Gasifikasi Batu Bara di Tanjung Enim dan Kawasan Industri Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) di Tanjung Enim.
Ketiga perusahaan telah menandatangani amandemen perjanjian kerja sama pengembangan DME dan penandatanganan Perjanjian Pengolahan DME yang menjadi bagian dari kerjasama pengembangan DME tersebut.
Proyek ini akan berlangsung selama 20 tahun dengan mendatangkan investasi dari APCI hingga US$ 2,1 miliar atau Rp 30 triliun.
Dalam prosesnya, proyek ini akan mengutilisasi enam juta ton batu bara per tahun, proyek ini dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun. Sehingga dapat mengurangi impor LPG lebih dari 1 juta ton per tahun dan dapat memperbaiki neraca perdagangan dan banyak benefit lainnya bagi Indonesia.
"Kerja sama ini menjadi portofolio baru bagi perusahaan yang tidak lagi sekadar menjual batu bara, tetapi juga mulai masuk ke produk-produk hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah," terang dia.
(mon/hps)
Next Article Pengumuman! Laba PTBA Lompat 58% Jadi Rp12 T di 2022