Siap-Siap Cari Cuan Jumbo, IHSG Berpeluang Melesat Hari Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik terkait virus corona Omicron membuat indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat 0,85% ke 6.601,569 pada perdagangan Selasa kemarin. Investor asing juga melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 104 miliar.
Pakar penyakit menular terkemuka Amerika Serikat (AS) dr. Anthony Fauci menyebut indikasi awal kasus infeksi akibat varian baru virus corona B.1.1.529 atau Omicron tidak lebih berbahaya dari varian lain.
"Meskipun terlalu dini untuk benar-benar membuat pernyataan pasti tentang hal itu, sejauh ini sepertinya tidak ada tingkat keparahan yang besar," kata Fauci, dikutip dari Al Jazeera.
"Sejauh ini, sinyalnya sedikit menggembirakan. Tapi kami benar-benar harus berhati-hati sebelum kami membuat keputusan apapun bahwa itu tidak terlalu parah, atau itu benar-benar tidak menyebabkan penyakit parah, seperti Delta" tambahnya.
Omicron yang dikatakan menyebabkan gejala ringan membuat bursa saham AS (Wall Street) meroket Selasa kemarin. Indeks Dow Jones melesat 1,4%, S&P 200 lebih dari 2%, dan Nasdaq memimpin setelah meroket lebih dari 3%.
Melesatnya kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya memberikan sentimen positif ke pasar Asia pada perdagangan Rabu (8/12) termasuk IHSG.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan. IHSG berpeluang menguat ke 6.630 selama mampu bertahan di atas level 6.600. Resisten selanjutnya berada di kisaran 6.670.
IHGS belakangan ini berfluktuasi dan cenderung menurun merupakan efek dari duet pola Doji dan Shooting star. IHSG pun jeblok sejak Jumat (26/11).
Pola Doji di bentuk pada awal Senin (22/11) yang memberikan sinyal netral. Artinya, pelaku pasar masih ragu-ragu menentukan arah, apakah lanjut naik atau balik turun.
Kemudian pada Kamis (25/11), IHSG yang gagal mempertahankan penguatan tajam membentuk pola Shooting Star. Pola ini merupakan sinyal reversal atau berbalik arahnya harga suatu aset.
Penurunan IHSG selalu tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), sebelum akhirnya rebound.
MA 50 kini berada di kisaran 6.550 hingga 6.560 yang menjadi support terdekat yang akan menahan jika IHSG kembali terkoreksi.
Risiko terjadinya koreksi terlihat dari grafik 1 jam dimana indikator Stochastic berada di wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Selain itu, IHSG juga membentuk gap (celah) pada pembukaan perdagangan kemarin. Secara teknikal, pergerakan suatu aset akan menutup celah tersebut terlebih dahulu.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)